Contoh Laporan Pts



Inilah contoh Laporan Penelitian Tindakan Sekolah  yang diupload secara lengkap untuk membantu Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah  yang sedangan mencari referennsi model atau contoh Laporan Hasil penelitian Tindakan Sekolah.

ABSTRAK
SARISIH, S.Pd (Kepala SDN Pasucen 01)
UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM KBM DI SD NEGERI PASUCEN 01
Penelitian ini dilatar belakangi masih kurangnya pemahaman guru wacana teknik dan cara mengintegrasikan pembangunan abjad bangsa dalam aktivitas berguru mengajar, khususnya di SDN Pasucen 01. Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini penulis mencoba mengajukan usulan tindakan agar guru-guru menerapkan pendekatan PAKEM dalam aktivitas berguru mengajar sebagai upaya menanamkan nilai-nilai pembangunan abjad bangsa.

Adapun rumusan permasalahan dalam Perguruan Tinggi Swasta ini ialah bagaimana efektivitas penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) terhadap Pengembangan Nilai-nilai Karakter Bangsa di SDN Pasucen 01

Tujuan khusus dari aktivitas Perguruan Tinggi Swasta ini ialah untuk: a) Meningkatkan pemahaman Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM; dan, 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan abjad bangsa dalam aktivitas berguru mengajar. Sedangkan tujuan umum dari aktivitas penelitian tindakan sekolah ini ialah untuk mengetahui model integrasi penerapan Pendidikan Karakter Bangsa dalam dalam aktivitas berguru mengajar di SDN Pasucen 01.

Adapun manfaat dari aktivitas penelitian tindakan sekolah ini, antara lain: a) bagi guru, kemampuan menerapkan PAKEM akan memberi kemudahan dalam melakukan kiprah mengajarnya, karena yang lebih aktif ialah siswa, sedangkan guru akan lebih banyak berperan sebagai fasiliator; b) bagi siswa, dengan penerapan pendekatan PAKEM akan termotivasi semangat belajarnya sehingga akan menambah keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan menyebarkan ide-ide baru, sehingga program dan antusias berguru siswa lebih meningkat. Dengan demikian melalui penerapan PAKEM akan terbina nilai-nilai abjad bangsa.

Simpulan yang diperoleh dari aktivitas Perguruan Tinggi Swasta ini ialah 1) Kegiatan bimbingan penerapan PAKEM bagi guru SDN Pasucen 01 yang dilaksanakan kepala SDN Pasucen 01 telah terlaksana dengan baik dan memberi kontribusi terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan guru wacana penerapan pendekatan PAKEM dalam aktivitas berguru mengajar. 2) Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman dan keterampilan guru wacana penerapan PAKEM dalam aktivitas berguru mengajar berimplikasi pada peningkatan partisipasi atau keaktifan siswa serta terhadap keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan abjad bangsa, seolah-olah nilai kerja keras, kerjasama, saling menghargai dan sebagainya.

Kata Kunci : PAKEM, Pembangunan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembukaan UUD Negara Republik Republic of Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Republic of Indonesia yang harus menjiwai semua bidang pembangunan. Salah satu bidang pembangunan nasional yang sangat penting dan menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ialah pembangunan abjad bangsa.

Pembangunan nasional yang selama ini dilaksanakan telah menunjukkan kemajuan di banyak sekali bidang kehidupan masyarakat, yang mencakup bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, pertahanan dan keamanan, aturan dan aparatur, pembangunan wilayah dan tata ruang, penyediaan sarana dan prasarana, serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Namun, di samping banyak kemajuan yang telah dicapai ternyata masih banyak problem dan tantangan yang belum sepenuhnya terselesaikan, termasuk kondisi abjad bangsa yang akhir-akhir ini mengalami pergeseran.

Pembangunan abjad bangsa yang sudah diupayakan dengan banyak sekali bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal itu tecermin dari kesenjangan sosial-ekonomi-politik yang masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi di banyak sekali di seluruh pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang dan merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat. Saat ini banyak dijumpai tindakan anarkis, konflik sosial, penuturan bahasa yang buruk dan tidak santun, dan ketidaktaataan berlalu lintas. Masyarakat Republic of Indonesia yang terbiasa santun dalam berperilaku, melakukan musyawarah mufakat dalam merampungkan masalah, mempunyai kearifan lokal yang kaya dengan pluralitas, serta bersikap toleran dan gotong royong mulai cenderung bermetamorfosis hegemoni kelompok-kelompok yang saling mengalahkan dan berperilaku tidak jujur. Semua itu menegaskan bahwa terjadi ketidakpastian jati diri dan abjad bangsa yang bermuara pada (1) disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa, (2) keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila, (3) bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (4) memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, (5) ancaman disintegrasi bangsa, dan (6) melemahnya kemandirian bangsa.

Memperhatikan situasi dan kondisi abjad bangsa yang memprihatinkan tersebut, pemerintah mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pembangunan abjad bangsa. Pembangunan abjad bangsa seharusnya menjadi arus utama pembangunan nasional. Artinya, setiap upaya pembangunan harus selalu dipikirkan keterkaitan dan dampaknya terhadap pengembangan karaker. Hal itu tecermin dari misi pembangunan nasional yang memosisikan pendidikan abjad sebagai misi pertama dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (Undang-Undang Republik Republic of Indonesia Nomor 17 Tahun 2007), yaitu terwujudnya abjad bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral menurut Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan prilaku insan dan masyarakat Republic of Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotongroyong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks.

Pembangunan abjad bangsa mempunyai urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional. Sangat luas karena terkait dengan pengembangan multiaspek potensi-potensi keunggulan bangsa dan bersifat multidimensional karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang dalam proses “menjadi”. Dalam hal ini sanggup juga disebutkan bahwa (1) abjad merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya abjad akan menjadikan hilangnya generasi penerus bangsa; (2) abjad berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing; (3) abjad tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Selanjutnya, pembangunan abjad bangsa akan mengerucut pada tiga tataran besar, yaitu (1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Republic of Indonesia (NKRI), dan (3) untuk membentuk insan dan masyarakat Republic of Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat.

Pembangunan abjad bangsa harus diaktualisasikan secara nyata dalam bentuk aksi nasional dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa sebagai upaya untuk menjaga jati diri bangsa dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam naungan NKRI. Pembangunan abjad bangsa harus dilakukan melalui pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga; satuan pendidikan; pemerintah; masyarakat termasuk sobat sebaya, generasi muda, lanjut usia, media massa, pramuka, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat; kelompok strategis seolah-olah elite struktural, elite politik, wartawan, budayawan, agamawan, tokoh adat, serta tokoh masyarakat. Adapun taktik pembangunan abjad sanggup dilakukan melalui sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat serta pendekatan multidisiplin yang tidak menekankan pada indoktrinasi.

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif atau dingkat PAKEM merupakan proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya mendapatkan kucuran ceramah guru wacana pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang bisa menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Dengan demikian melalui penerapan pendakatan PAKEM siswa didik untuk gemar membaca, berguru dengan sungguh-sungguh, mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sebaik mungkin, berupaya mendapatkan hasil trerbaik, berhubungan dengan sesama sobat dan hal-hal positip lainnya yang semuanya mempunyai keterkaitan dengan indikator nilai-nilai pembangunan abjad bangsa.

Berdasarkan kenyataan di atas penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan sekolah untuk mengetahui efektivitas penerapan pendekatan PAKEM dalam aktivitas berguru mengajar (KBM) di SDN Pasucen 01 serta kaitnya dengan pembangunan abjad bangsa

B. Identifikasi Masalah
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya penerapan pendidikan abjad bangsa di SDN Pasucen 01, antara lain:

a) Belum semua guru bisa menerapkan pendekatan atau model pembelajaran yang sanggup menciptakan siswa aktif dan sekaligus menyenangkan, seolah-olah pendekatan PAKEM sehingga memungkinkan berkembangannya potensi siswa di sekolah.

b) Keterbatasan sarana dan prasana pembelajaran untuk menerapkan pendidikan abjad bangsa;

c) Masih kurangnya tenaga kependidikan yang belum memahami makna pendidikan abjad bangsa.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi problem dan dengan mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya yang tersedia, penelitian tindakan sekolah ini hanya membatasi pada problem belum semua guru bisa menerapkan pendekatan atau model pembelajaran yang sanggup menciptakan siswa aktif dan sekaligus menyenangkan, seolah-olah pendekatan PAKEM.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang problem di atas, permasalahan dalam penelitian di rumuskan sebagai berikut:
"Bagaimana efektivitas penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) terhadap Pengembangan Nilai-nilai Karakter Bangsa di SDN Pasucen 01."

E. Tujuan Penelitian
Tujuan khusus dari aktivitas penelitian tindakan sekolah ini ialah untuk mengetahui efevtivitas penerapan pendekatan PAKEM dalam KBM di SDN Pasucen 01.Sedangan tujuan umum dari aktivitas penelitian tindakan sekolah ini ialah untuk mengetahui model integrasi penerapan Pendidikan Karakter Bangsa dalam dalam aktivitas berguru mengajar di SDN Pasucen 01

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari aktivitas penelitian tindakan sekolah ini, antara lain:.

1. Bagi Siswa : Dengan penerapan pendekatan PAKEM, siswa akan tergugah semangat belajarnya sehingga menambah akan keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan menyebarkan ide-ide baru, sehingga program dan antusias berguru siswa lebih meningkat. Dengan demikian melalui penerapan PAKEM akan terbina nilai-nilai abjad bangsa.

2. Bagi Guru : Kemampuan menerapkan PAKEM akan memberi kemudahan dalam melakukan kiprah mengajarnya, karena yang lebih aktif ialah siswa, dan guru hanya mengarahkan saja.

3. Bagi Sekolah : Hasil dari proses berguru mengajar yang efektif dan menyenangkan diharapkan sanggup meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

G. Definisi Istilah

Beberapa istilah yang dipergunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini, antara lain:

1. PAKEM ialah akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan; Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan aktivitas berguru yang bermacam-macam sehingga memenuhi banyak sekali tingkat kemampuan siswa; Efektif bermakna bahwa proses pembelajaran menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa, sedangkan Menyenangkan ialah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada berguru sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.

2. Karakter bangsa ialah kualitas sikap kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan sikap berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Republic of Indonesia akan memilih sikap kolektif kebangsaan Republic of Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan sikap berbangsa dan bernegara Republic of Indonesia yang menurut nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.

3. Pembangunan Karakter Bangsa ialah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks menurut Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Sekolah

a. Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah                    :  SDN Pasucen 01
2. Status ( N/S )                      :  NEGERI
3. Nomor NPSN                      :  20317254
4. Alamat Sekolah                    :  JL. Raya Pasucen - Lahar Km 1
5. Kecamatan                           : Trangkil
6. Jenjang Akreditasi                 : Influenza A virus subtype H5N1


b. Keadaan Siswa Tahun 2015/2016


























 
c. Keadaan Guru 
 
JUMLAH GURU
JUMLAH
PNS
DPK
GTT
TKK
GBS
5
6


11


B. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

1.1. Pengertian Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia mirip jantung dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil berguru yang baik pula. Demikian pula sebaliknya.

Hasil berguru pendidikan di Republic of Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum bisa menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air ialah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, menyebarkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.

Apa itu PAKEM? PAKEM ialah akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya mendapatkan kucuran ceramah guru wacana pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang bisa menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan aktivitas berguru yang bermacam-macam sehingga memenuhi banyak sekali tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan ialah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada berguru sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jikalau proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa sesudah proses pembelajaran berlangsung, alasannya pembelajaran mempunyai sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seolah-olah bermain biasa.

Secara garis besar, PAKEM sanggup digambarkan sebagai berikut:
  1. Siswa terlibat dalam banyak sekali aktivitas yang menyebarkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan pementingan pada berguru melalui berbuat.
  2. Guru menggunakan banyak sekali alat bantu dan banyak sekali cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber berguru untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
  3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan materi berguru yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
  4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara berguru kelompok.
  5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

1.2. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?

Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan banyak sekali aktivitas yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut ialah tabel beberapa pola aktivitas KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.

KEMAMPUAN GURU
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Guru merencang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
Guru melakukan KBM dengan aktivitas yang beragam, misalnya:
ü      Percobaan
ü      Diskusi kelompok
ü      Memecahkan masalah
ü      Mencari informasi
ü      Menulis laporan/puisi/cerita
ü      Berkumjung keluar kelas
Guru menggunakan alat bantu dan sumber berguru yang beragam
Sesuai mata pelajaran guru menggunakan misalnya:
ü      Alat yang tersedia/dibuat sendiri
ü      Gambar
ü      Studi Kasus
ü      Nara Sumber
ü      Lingkungan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyebarkan keterampilan
Siswa:
ü      Melakukan percobaan, pengamatan atau wawancara
ü      Mengumpulkan information atau balasan dan mengolahnya sendiri
ü      Menarik kesimpulan
ü      Memecahkan problem atau mencari rumus sendiri
ü      Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan secara lisan atau tabrakan pena
Melalui:
ü      Diskusi
ü      Lebih banyak pertanyaan terbuka
ü      Hasil karya yang merupakan pemeikiran anak sendiri
Guru menyesuaikan materi dan aktivitas berguru dengan kemampuan siswa
ü      Siswa dikelompok sesuai dengan kemampuan (untuk tugas/kegiatan tertentu)
ü      Bahan berguru diubahsuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
ü      Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengkaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari
ü      Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalaman sendiri
ü      Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam aktivitas sehari-hari
Menilai KBM dan kemajuan siswa secara terus menerus
ü      Guru memantau kerja siswa
ü      Guru memberikan umpan balik


1.3. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan PAKEM
Apa yang harus diperhatikan dalam melakukan PAKEM?

1. Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak mempunyai sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Republic of Indonesia – selama mereka normal terlahir mempunyai kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seolah-olah yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan mempunyai kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan private perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam aktivitas pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan aktivitas yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang mempunyai kemampuan lebih sanggup dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita sanggup membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut berguru secara optimal.

3. Memanfaatkan sikap anak dalam pengorganisasian berguru

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini sanggup dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan kiprah atau membahas sesuatu, anak sanggup bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan merampungkan kiprah dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seolah-olah ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga merampungkan kiprah secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan problem

Pada dasarnya hidup ini ialah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, kiprah guru ialah mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan kiprah atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jikalau …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan berguru yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seolah-olah itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menyebabkan wangsit bagi siswa lain. Yang dipajangkan sanggup berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan sanggup berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, sanggup membantu guru dalam KBM karena sanggup dijadikan teladan saat membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber berguru

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) me-rupakan sumber yang sangat kaya untuk materi berguru anak. Lingkungan sanggup ber-peran sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber berguru sering menciptakan anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan sanggup dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan sanggup menyebarkan sejumlah keterampilan seolah-olah mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, menciptakan tulisan, dan menciptakan gambar/diagram.

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan aktivitas berguru

Mutu hasil berguru akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas berguru selanjutnya. Guru harus konsisten mengusut hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jikalau kursi dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental ialah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jikalau salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEM.’


2. Pembangunan Karakter Bangsa

2.1. Pengertian Pembangun Karakter Bangsa

Karakter bangsa ialah kualitas sikap kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan sikap berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Republic of Indonesia akan memilih sikap kolektif kebangsaan Republic of Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan sikap berbangsa dan bernegara Republic of Indonesia yang menurut nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.

Sedangkan yang dimaksud Pembangunan Karakter Bangsa ialah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks menurut Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


2.2. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan

Pendidikan abjad ialah usaha sadar dan bersiklus untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan akseptor didik guna membangun abjad pribadi dan/atau kelompok yang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan bisa memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pendidikan merupakan tulang punggung taktik pembentukan abjad bangsa. Strategi pembangunan abjad bangsa melalui pendidikan sanggup dilakukan dengan pendidikan, pembelajaran, dan fasilitasi. Dalam konteks makro, penyelenggaraan pendidikan abjad mencakup keseluruhan aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian mutu yang melibatkan seluruh unit of measurement utama di lingkungan pemangku kepentingan pendidikan nasional.

Peran pendidikan sangat strategis karena merupakan pembangun integrasi nasional yang kuat. Selain dipengaruhi faktor politik dan ekonomi, pendidikan juga dipengaruhi faktor sosial budaya, khususnya dalam aspek integrasi dan ketahanan sosial.


Disadari bahwa pembangunan abjad bangsa dihadapkan pada banyak sekali problem yang sangat kompleks. Perkembangan masyarakat yang sangat dinamis sebagai balasan dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tentu merupakan problem tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Globalisasi dan kekerabatan antarbangsa sangat berpengaruh pada aspek ekonomi (perdagangan global) yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya jumlah kemiskinan dan pengangguran. Pada aspek sosial dan budaya, globalisasi mempengaruhi nilai-nilai solidaritas sosial seolah-olah sikap individualistik, materialistik, hedonistik yang seolah-olah virus akan berimplikasi terhadap tatanan budaya masyarakat Republic of Indonesia sebagai warisan budaya bangsa seolah-olah memudarnya rasa kebersamaan, gotong royong, melemahnya toleransi antarumat beragama, menipisnya solidaritas terhadap sesama, dan itu semua pada risikonya akan berdampak pada berkurangnya rasa nasionalisme sebagai warga negara Indonesia. Akan tetapi, dengan menempatkan taktik pendidikan sebagai modal utama menghalangi virus-virus penghancur tersebut, masa depan bangsa ini sanggup diselamatkan.

Secara makro pengembangan abjad dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat abjad yang digali, dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan banyak sekali sumber, antara lain pertimbangan (1) filosofis: Pancasila, UUD 1945, dan UU N0.20 Tahun 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya; (2) teoretis: teori wacana otak, psikologis, pendidikan, nilai dan moral, serta sosial-kultural; (3) empiris: berupa pengalaman dan praktik terbaik, antara lain tokoh-tokoh, satuan pendidikan unggulan, pesantren, kelompok kultural, dll.

Pada tahap implementasi dikembangkan pengalaman berguru dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan abjad dalam diri akseptor didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua jenis pengalaman berguru yang dibangun melalui dua pendekatan yakni intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi berguru dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentulkan abjad dengan menerapkan aktivitas yang terstruktur. Agar proses pembelajaran tersebut berhasil guna, kiprah guru sebagai sosok panutan sangat penting dan menentukan. Sementara itu dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi dan penguatan yang memungkinkan akseptor didik pada satuan pendidikannya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi abjad yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi. Proses pembudayaan dan pemberdayaan yang mencakup pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan harus dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis.

Pelaksanaan pendidikan abjad dalam konteks makro kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, merupakan komitmen seluruh sektor kehidupan, bukan hanya sektor pendidikan nasional. Keterlibatan aktif dari sektor-sektor pemerintahan lainnya, khususnya sektor keagamaan, kesejahteraan, pemerintahan, komunikasi dan informasi, kesehatan, aturan dan hak asasi manusia, serta cowok dan olahraga juga sangat dimungkinkan.

Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen program untuk perbaikan berkelanjutan yang dirancang dan dilaksanakan untuk mendeteksi aktualisasi abjad dalam diri akseptor didik sebagai indikator bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan abjad itu berhasil dengan baik, menghasilkan sikap yang kuat, dan pikiran yang argumentatif.

Pendidikan abjad dalam konteks mikro, berpusat pada satuan pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan berguru yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus-menerus proses pendidikan abjad di satuan pendidikan. Pendidikanlah yang akan melakukan upaya sungguh-sungguh dan senantiasa menjadi garda depan dalam upaya pembentukan abjad insan Republic of Indonesia yang sesungguhnya. Pengembangan abjad dibagi dalam empat pilar, yakni aktivitas belajar-mengajar di kelas, aktivitas keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan; aktivitas ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta aktivitas keseharian di rumah dan masyarakat.

Pendidikan abjad dalam aktivitas belajar-mengajar di kelas, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Khusus, untuk materi Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan – karena memang misinya ialah menyebarkan nilai dan sikap – pengembangan abjad harus menjadi fokus utama yang sanggup menggunakan banyak sekali strategi/metode pendidikan karakter. Untuk kedua mata pelajaran tersebut, abjad dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan juga dampak pengiring. Sementara itu mata pelajaran lainnya, yang secara formal mempunyai misi utama selain pengembangan karakter, wajib menyebarkan rancangan pembelajaran pendidikan abjad yang diintegrasikan kedalam substansi/kegiatan mata pelajaran sehingga mempunyai dampak pengiring bagi berkembangnya abjad dalam diri akseptor didik.

Lingkungan satuan pendidikan perlu dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial-kultural satuan pendidikan memungkinkan para akseptor didik bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun aktivitas keseharian di satuan pendidikan yang mencerminkan perwujudan abjad yang dituju. Pola ini ditempuh dengan melakukan adaptasi dengan pembudayaan aspek-aspek abjad dalam kehidupan keseharian di sekolah dengan pendidik sebagai teladan.

Dalam aktivitas ko-kurikuler (kegiatan berguru di luar kelas yang terkait pribadi pada materi suatu mata pelajaran) atau aktivitas ekstra kurikuler (kegiatan satuan pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait pribadi pada suatu mata pelajaran, seolah-olah aktivitas Kepramukaan, Dokter Kecil, Palang Merah Remaja, Pecinta Alam, Liga Pendidikan Indonesia, dll.) perlu dikembangkan proses adaptasi dan penguatan dalam rangka pengembangan karakter.

Kegiatan ekstrakurikuler sanggup diselenggarakan melalui aktivitas olahraga dan seni dalam bentuk pembelajaran, pelatihan, kompetisi atau festival. Berbagai aktivitas olahraga dan seni tersebut diorientasikan terutama untuk penanaman dan pembentukan sikap, perilaku, dan kepribadian para pelaku olahraga atau seni agar menjadi insan Republic of Indonesia berkarakter. Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh gerakan pramuka dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa yang mempunyai watak, kepribadian, dan susila mulia serta keterampilan hidup prima.

Di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap sikap berkarakter mulia yang dikembangkan di satuan pendidikan sehingga menjadi aktivitas keseharian di rumah dan di lingkungan masyarakat masing-masing. Hal ini sanggup dilakukan lewat komite sekolah, pertemuan wali murid, kunjungan/kegiatan wali murid yang berhubungan dengan kumpulan aktivitas sekolah dan keluarga yang bertujuan menyamakan langkah dalam membangun abjad di sekolah, di rumah, dan di masyarakat.

Program pendidikan abjad pada konteks mikro sanggup digambarkan sebagai berikut.


Dengan prinsip yang sama, pendidikan abjad sanggup dilakukan pada jalur pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat, contohnya kursus keterampilan, kursus kepemudaan, bimbingan belajar, pelatihan-pelatihan singkat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi massa. Demikian pula pendidikan abjad sanggup dilakukan pada aktivitas kemasyarakatan lainnya, seolah-olah aktivitas karang taruna, keagamaan, olahraga, kesenian, sosial, atau aktivitas pembinaan penanggulangan insiden alam.

Pendidikan nonformal yang dilaksanakan pada lingkup dunia usaha berbentuk pendidikan dan pembinaan calon pegawai, pembinaan kewirausahaan, pembinaan kepemimpinan, dan pembinaan keterampilan profesi. Pada lingkup masyarakat politik dilakukan bentuk pembinaan dan kaderasisasi partai, pembinaan kepemimpinan, pembinaan etika politik dan pembudayaan politik. Sedangkan pada lingkup media masa, pendidikan nonformal berupa pembinaan dasar komunikasi, pembinaan isyarat etik jurnalistik, dan pemahaman profesi jurnalis dan pembinaan transaksi elektronik.

Pendidikan abjad pada aktivitas pendidikan dan latihan nonformal serta aktivitas kemasyarakatan tersebut sanggup diarahkan untuk menanamkan kepedulian sosial, jiwa patriotik, kejujuran, dan kerukunan berkehidupan dalam masyarakat serta untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa yang mempunyai watak, kepribadian, dan susila mulia. Pendidikan abjad pada pendidikan nonformal dilaksanakan dengan pendekatan holistik dan terintegrasi pada setiap aspek pekerjaan atau aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi pembangunan abjad bangsa melalui program pendidikan memerlukan dukungan penuh dari pemerintah yang dalam hal ini berada di jajaran Kementerian Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, fasilitasi yang perlu didukung berupa hal-hal sebagai berikut.

Pengembangan kerangka dasar dan perangkat kurikulum; inovasi pembelajaran dan pembudayaan karakter; standardisasi perangkat dan proses penilaian; kerangka dan standardisasi media pembelajaran yang dilakukan secara sinergis oleh pusat-pusat di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional.

Pengembangan satuan pendidikan yang mempunyai budaya kondusif bagi pembangunan abjad dalam banyak sekali modus dan konteks pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan tinggi dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.

Pengembangan kelembagaan dan program pendidikan nonformal dan informal dalam rangka pendidikan abjad melalui banyak sekali modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal.

Pengembangan dan penyegaran kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, baik di jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah maupun pendidikan tinggi yang relevan dengan pendidikan abjad dalam banyak sekali modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait.

Pengembangan abjad akseptor didik di perguruan tinggi melalui penguatan standar isi dan proses, serta kompetensi pendidiknya untuk kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) dan Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB); penelitian dan pengembangan pendidikan karakter; pembinaan lembaga pendidikan tenaga kependidikan; pengembangan dan penguatan jaringan informasi profesional pembangunan abjad dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait.

2.3. Deskripsi Nilai-nilai Pembanguan Karakter Bangsa

Dalam draf ”Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa” yang dikeluarkan oleh Depdiknas (2009), Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan abjad bangsa diidentifikasi dari:

a. Agama: masyarakat Republic of Indonesia ialah masyarakat beragama. Oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada fatwa agama. Secara politis kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu maka nilai-nilai pendidikan budaya dan abjad bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaedah yang berasal dari agama.

b. Pancasila: negara Republik Republic of Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945 tersebut. Artinya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan abjad bangsa bertujuan mempersiapkan akseptor didik menjadi warganegara yang lebih baik dan warganegara yang lebih baik ialah warganegara yang menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warganegara.

c. Budaya ialah suatu kebenaran bahwa tidak ada insan yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai-nilai dari pendidikan budaya dan abjad bangsa.

d. Tujuan Pendidikan Nasional ialah kualitas insan Republic of Indonesia yang harus dikembangkan oleh banyak sekali satuan pendidikan di banyak sekali jenjang dan jalur. Di dalam tujuan pendidikan nasional terdapat banyak sekali nilai kemanusiaan yang harus dimiliki seorang warganegara. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional ialah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan abjad bangsa.

Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut maka dihasilkan sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan abjad bangsa, yaitu:

· Religius : suatu sikap dan sikap yang patuh dalam melakukan fatwa agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

· Jujur: sikap yang didasarkan pada kebenaran, menghindari sikap yang salah, dan menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu sanggup mengemban amanah dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

· Toleransi: suatu tindakan dan sikap yang menghargai pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari pendapat, sikap, dan tindakan dirinya.

· Disiplin: suatu tindakan tertib dan patuh pada banyak sekali ketentuan dan peraturan yang harus dilaksanakannya.

· Kerja keras: suatu upaya yang diperlihatkan untuk selalu menggunakan waktu yang tersedia untuk suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan yang dilakukan selesai pada waktunya

· Kreatif: berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau produk gres dari apa yang telah dimiliki

· Mandiri: kemampuan melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah dimilikinya

· Demokratis: sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain dalam kedudukan yang sama

· Rasa ingin tahu: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam banyak sekali aspek terkait.

· Semangat kebangsaan: suatu cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

· Cinta tanah air: suatu sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

· Menghargai prestasi: suatu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang mempunyai kegunaan bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

· Bersahabat/komunikatif: suatu tindakan yang menunjukkan rasa senang berbicara, bergaul, dan berhubungan dengan orang lain.

· Cinta damai: suatu sikap dan tindakan yang selalu menjadikan orang lain senang dan dirinya diterima dengan baik oleh orang lain, masyarakat dan bangsa

· Senang membaca: suatu kebiasaan yang selalu menyediakan waktu untuk membaca materi bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

· Peduli sosial: suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan pemberian untuk membantu orang lain dan masyarakat dalam meringankan kesulitan yang mereka hadapi.

· Peduli lingkungan: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan menyebarkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Sedangkan buku Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa (Depdiknas, 2002) deskripsi nilai-nilai pembangunan abjad bangsa ialah sebagai berikut:


 
No
Nilai Karakter
Indikator
1
Taqwa
1
mengucapkan doa setiap memulai danmengakhiri suatu pekerjaan.
2
bersyukur ganjal setiap nikmat yang diberikan Allah
3
mengerjakan setiap perintah agama dan menjauhi larangan-Nya.
4
menyesal setiap menciptakan kesalahan dan segera mohon ampun kepada Tuhan.
5
menolak setiap permintaan untuk melakukan perbuatan tercela.
2
Jujur
1
berkata benar (tidak bohong).
2
berbuat sesuai aturan (tidak curang).
3
menepati janji yang diucapkan.
4
bersedia mendapatkan sesuatu atas dasar hak
5
menolak sesuatu pemberian yang bukan haknya.
6
berpihak pada kebenaran.


7
menyampaikan pesan orang lain.
8
satunya kata dengan perbuatan.
3
Disiplin
1
patuh pada setiap peraturan yang berlaku. -
2
patuh pada etika sosial/masyarakat setempat
3
menolak setiap permintaan untuk melanggar hukum.
4
dapat mengendalikan din terhadap perbuatan tercela.
5
hemat dalam menggunakan uang dan barang.
6
menyelesaikan kiprah tepat waktu.


7
meletakkan sesuatu pada tempatnya.
8
dapat menyimpan rahasia.
4
Demokratis
1
bersedia mendengarkan pendapat orang lain.
2
menghargai perbedaan pendapat.
3
tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
4
toleran dalam bermusyawarabldiskusi.
5
bersedia melakukan setiap basil keputusan bersama.
6
menghargai kritikan yang dilontarkan orang lain.


7
membuat keputusan yang adil.
5
Adil
1
memperlakukan orang lain atas dasar kebenaran.
2
mampu meletakkan sesuatu menurut tempatnya.
3
tidak ingin lebih atas sesuatu yang bukan haknya.
4
membela orang lain yang diperlakukan tidak adil.
5
memperlakukan orang lain sesuai haknya.
6
tidak membeda-bedakan orang dalam pergaulan.


7
menghargai kerja orang lain sesuai basil kerjanya.
6
Bertanggung Jawab
1
menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan hingga tuntas. .
2
tidak mencari-cari kesalahan orang lain.
3
berani menanggung resiko terhadap perbuatan yang dilakukan.
4
bersedia mendapatkan pujian atau celaan terhadap tindakan yang dilakukan.
5
berbicara dan berbuat secara berterus-terang (tidak seolah-olah ungkapan, lempar watu sembunyi tangan).
6
melaksanakan setiap keputusan yang sudah diambil.
7
Cinta tanah air
1
merasa bangga sebagai orang yang bertanah air Indonesia.
2
bersedia membela tanah air untuk kejayaan bangsa.
3
peduli terhadap rusaknya hutan/lingkungan di tanah air.
4
bersedia memelihara Iingkungan dan melindungi tanaman dan animal Indonesia.
5
dapat menyimpan rahasia negara.
6
mau hidup dimanapun di wilayah negara kesatuan Indonesia.
8
Orientasi pada keunggulan
1
gemar membaca.
2
belajar dengan bersungguh-sungguh. .
3
mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sebaik mungkin.
4
berupaya mendapat hasil yang terbaik.
5
senang dalam aktivitas yang bersifat kompetitif.
6
tidak cepat menyerah mengerjakan sesuatu yang mengandung tantangan.
7
memiliki komitmen berpengaruh dalam berkarya.
8
menjaga din hidup sehat.
9
gemar membaca dan menulis.
9
Gotong Royong
1
memahami bahwa kerj asama merupakan kekuatan.
2
memahami hasil kerjasama ialah untuk kebaikan bersama.
3
dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk kepentingan bersama. ,
4
dapat melakukan pekerjaan bersama dengan cara yang menyenangkan.
5
bantu-membantu demi kepentingan umum.
6
bersedia secara bersama-sama membantu orang lain.
7
bersedia secara bersama-sama membela kebenaran.
8
dapat bekerja dengan ulet dalam setiap kelompok kerja.
10
Menghargai
1
mengucapkan terima kasih atas pemberian atau pemberian orang lain.
2
santun dalam setiap kontak sosial.
3
menghormati pemimpin dan orang tua.
4
menghormati simbol-simbol negara.
5
tidak mencela hasil karya orang lain.
6
memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
7
tidak mengganggu orang yang sedang beribadah menurut agamanya.
8
menerima orang lain apa adanya.
11
Rela Berkorban
1
mau mendengarkan sobat berbicara hingga selesai walaupun ada keperluan lain yang mendesak.
2
bersedia membantu temanlorang lain yang mengalami musibah.
3
ikhlas bekerja membantu orang lain dan harus meninggalkan pekerjaan sendiri untuk sementara.
4
bersedia menyumbang untuk kepentingan dana kemanusiaan dalam keuangan pribadi sangat terbatas.
5
rela memberi kemudahan (kemudahan) kepada orang lain sungguhpun secara din sendiri sangat membutuhkan kemudahan tersebut.
6
mau memperjuangkan kepentingan orang lain walaupun mengandung resiko untuk din sendiri.



C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan balasan sementara berupa tindakan (action) atas rumusan permasalahan yang ditetapkan dalam perencanaan penelitian tindakan kelas.

Sesuai dengan judul penelitian ”Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di SDN Pasucen 01” Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini ialah “Apabila Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di SDN Pasucen 01 sanggup berjalan efektif, maka keterlaksanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa akan meningkat.”


BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilakukan di SDN Pasucen 01


B. Waktu dan Lama Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian mulai bulan Agustus hingga dengan Oktober 2016.

C. Subjek Penelitian

Populasi penelitian dalam Perguruan Tinggi Swasta ini ialah seluruh guru di SDN Pasucen 01 yakni sebanyak nine orang. Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka yang yang dijadikan subyek dalam penelitian ini yakni two orang Guru Kelas 1 orang Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama dan 1 orang Guru Mata Pelajaran PJOK.


D. Variabel Penelitian

Penelitian ini berjudul “Upaya Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Melalui Kegiatan Pelatihan Dan Bimbingan (LATBIM) Di SDN Pasucen 01”. Sesuai dengan judul di atas, maka yang menjadi variabel penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X) atau variabel yang mempengaruhi dalam peneliian ini ialah yaitu “Kegiatan Pelatihan Dan Bimbingan (LATBIM)”

2. Variabel terikat (Y) atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini ialah “Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM”.



E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan information dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan catatan information lapangan, wawancara, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan kawan peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana dan kemampuan yang dimiliki peneliti dan kawan peneliti.

Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan information tersebut ialah sebagai berikut:

a) Penilaian Pre Tes dan Post Tes

Yang dimaksud evaluasi pre tes dan shipping tes dalam Perguruan Tinggi Swasta ini ialah penilian yang dilakukan kepada akseptor Pelatihan dan Bimbingan dengan menggunakan serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan balasan tertulis. Adapun bentuk tes yang digunakan ialah yaitu pilihan ganda, yakni pertanyaan yang meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang paling erat dengan pendapat, perasaan, evaluasi atau posisi mereka.

b) Observasi dan catatan information lapangan

Observasi dalam aktivitas Perguruan Tinggi Swasta merupakan aktivitas pengamatan terhadap program yang dilakukan guru (peneliti) selama melakukan aktivitas berguru mengajar di kelas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengamat yang dalam hal ini ialah kawan peneliti.

Bentuk aktivitas observasi yang dilakukan dalam Perguruan Tinggi Swasta ini menggunakan model observasi terbuka. Adapaun yang dimaksud observasi terbuka ialah apabila pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas.

Hasil pengamatan dari kawan peneliti selanjutnya dijadikan catatan information lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prof doctor Rochiati Wiriaatmaja (2005:125) yang menyatakan: “Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini (PTS) ialah catatan lapangan (field notes) yang dibentuk oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi”.

c) Catatan hasil refleksi

Adapaun yang dimaksud catatan hasil refleksi ialah catatan yang yang diperoleh dari hasil refleksi yang dilakukan dengan melalui aktivitas diskusi antara peneliti dan kawan peneliti. Hasil refleksi ini selain dijadikan materi dalam penyusunan planning tindakan selanjutnuya juga sanggup digunakan sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai tidaknya tujuan aktivitas penelitian ini.

Sesuai dengan teknik pengumpulan information yang disebutkan di atas, Instrumen penelitian yang digunakan dalam Perguruan Tinggi Swasta ini ialah soal pre tes, soal shipping tes, pedoman observasi (contoh sanggup dilihat dalam lampiran).


F. Teknik Pembahasan

Analisis/pembahasan information dalam Perguruan Tinggi Swasta ini dilakukan sejak awal, artinya analisis information dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:139) bahwa “…. the ideal model for information collection in addition to analysis is 1 that interweaves them shape the beginning”. Ini berarti model ideal dari pengumpulan information dan analisis ialah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.

Kegiatan analisis information akan dilakukan mengacu pada pendapat Rochiati Wiriaatmaja, (2005:135-151) dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan, mengkaitkan atau menghubungkan information yang ditampilkan dengan information sebelumnya atau dengan teori-teori yang relevan.


G. Tindakan

Permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini ialah belum semua guru bisa menerapkan pendekatan atau model pembelajaran yang sanggup menciptakan siswa aktif dan sekaligus menyenangkan, seolah-olah pendekatan PAKEM sehingga akan berpengaruh terhadap pengembangan nilai-nilai abjad bangsa.

Atas dasar permasahan itu usulan planning tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah:
Kepala sekolah akan memberikan bimbingan penerapan pendekatan PAKEM dalam KBM bagi guru-guru SDN Pasucen 01
Kepala sekolah akan mensupervisi penerapan pendekatan PAKEM oleh guru-guru SDN Pasucen 01 yang dijadikan subyek penelitian.
Kepala sekolah mengamati nilai-nilai pembangunan abjad bangsa yang berkembang (muncul) pada saat diterapkannya pendekatan PAKEM.

Adapun nilai-nilai pembangunan abjad bangsa yang akan lebih memfokusikan pada four nilai yang mempunyai kedekatan dengan pendekatan PAKEM, yakni (1) Kerjasama atau Gotong Royong; (2) Kerja Keras; (3) Menghargai; (4) Bertangung Jawab; dan (5) Adil dengan indikator sebagai berikut:


No
Nilai Karakter

Indikator
1
Kerjasama atau Gotong Royong
1
memahami (memperlihatkan) bahwa kerja sama merupakan kekuatan.
2
dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk kepentingan bersama. ,
3
dapat melakukan pekerjaan bersama dengan cara yang menyenangkan.
4
bersedia secara bersama-sama membela kebenaran.
5
bekerja dengan ulet dalam setiap kelompok kerja.
2
Kerja Keras
1
belajar dengan bersungguh-sungguh. .
2
mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sebaik mungkin.
3
berupaya mendapat basil yang terbaik.
4
senang dalam aktivitas yang bersifat kompetitif.
5
tidak cepat menyerah mengerjakan sesuatu yang mengandung tantangan.
3
Bertanggung Jawab
1
menyelesaikan kiprah tepat waktu.
2
menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan hingga tuntas. .
3
tidak mencari-cari kesalahan orang lain.
4
berani menanggung resiko terhadap perbuatan yang dilakukan.
5
bersedia mendapatkan pujian atau celaan terhadap tindakan yang dilakukan.
4
Menghargai
1
mengucapkan terima kasih atas pemberian/bantuan/saran/kritikan orang lain.
2
menghormati pemimpin, guru dan orang tua.
3
tidak mencela hasil karya orang lain.
4
memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
5
menerima orang lain apa adanya.
5
Adil
1
memperlakukan orang lain atas dasar kebenaran.
2
mampu meletakkan sesuatu menurut tempatnya.
3
membela orang lain yang diperlakukan tidak adil.
4
tidak membeda-bedakan orang dalam pergaulan.
5
menghargai kerja orang lain sesuai hasil kerjanya.


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Siklus/tahap 1

Tujuan yang ingin dicapai dalam Perguruan Tinggi Swasta ini ialah a) Meningkatkan pemahaman Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM; dan, 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan abjad bangsa dalam aktivitas berguru mengajar.

1. Perencanaan

Seusai dengan fokus tujuan di atas, aktivitas perencanaan yang dilakukan pada siklus 1 ialah sebagai berikut:

1) Memberikan kiprah kepada guru untuk menciptakan persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan PAKEM yang akan digunakan pada silkus ini.

2) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi berguru mengajar.

3) Mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi antara kepala sekolah sebagai peneliti dan guru sebagai kawan peneliti..


2. Pelaksanaan Tindakan.
Kegiatan pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus 1 ialah

a) Mengamati atau memberikan evaluasi persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibentuk oleh guru yang menjadi subyek penelitian untuk digunakan pada silkus 1 ini

b) memonitoring atau mensuverpisi aktivitas pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya. Kegiatan kepala sekolah sebagai peneliti ialah mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi, sementara aktivitas guru sebagai kawan peneliti ialah melakukan aktivitas pengajaran sesuai dengan planning yang telah disusun sebelumnya.

3. Pengamatan
Pada tahap ini, kepala sekolah sebagai peneliti melakukan pemantauan selama aktivitas proses berguru mengajar berlangsung dengan lembar observasi yang telah tersedia. Aktivitas yang diamati bukan hanya program guru, tetapi juga program siswa.

1). Mengobservasi tampilan Guru yaitu mengamati :
(a) Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.
(b) Strategi berguru mengajar yang dikembangkan guru.
(c) Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(d) Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(e) Sumber berguru yang dipilih dan dipergunakan guru dalam aktivitas pembelajaran.

2). Mengobservasi program siswa yaitu mengamati :

(a) Keseriusan siswa mengikuti kegaiatan berguru mengajar
(b) Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru dan/ataumengajukan pertanyaan.
(c) Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam diskusi atau kerja kelompok (KEJARKOP).

Adapun alat atau instrumen yang digunakan sebagai information pendukung ialah instrumen berupa pedoman observasi program guru dan siswa (terlampir).

4. Refleksi
Ada dua hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibentuk sudah mengedepankan pendekatan PAKEM terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya; 2) Apakah pelaksanaan pembelajarannya juga sudah mengedapankan pendekatan PAKEM.

Berdasarkan information dari hasil evaluasi RPP diperoleh information bahwa ketiga RPP yang dibentuk oleh guru yang menjadi subyek penelitian ternyata belum sanggup dikatagorikan baik. Hal tersebut sanggup dilihat pada tabel berikut ini.

Keterangan =

Kriteria evaluasi sebagai berikut:
1 = sangat tidak baik
two = tidak baik
three = kurang baik
four = baik
five = sangat baik

Pedoman Penafsiran Skor
ü Jumlah skor 0 – 10 = Sangat tidak baik
ü Jumlah skor eleven – xx = Tidak baik
ü Jumlah skor 21 – 30= Kurang baik
ü Jumlah skor 31 – forty = Baik
ü Jumlah skor 41 – l = Sangat baik

Berdasarkan pendoman penskoran di atas sanggup dinyatakan bahwa ketiga RPP yang telah dibentuk oleh guru yang menjadi subyek penelitian masih dikatagorikan kurang baik. Beberapa permasalahan yang muncul menurut hasil refleksi (diskusi antara peneliti dan kawan peneliti) yang selanjutnya menjadi materi perbaikan untuk siklus berikutnya adalah:

- Penggunaan metode pembelajaran belum mengedepankan pendekatan PAKEM. Oleh karena itu, pada siklus berikutnya metode pembelajaran akan menggunakan metode yang mengedepankan pendekatan PAKEM.

- Penyusunan langkah-langkah pembelajaran belum disusun secara sistematis serta belum mengedepankan pendekatan PAKEM. Oleh karena itu pada siklus yang berikutnya langkah-langkah pembelajaran akan disusun secara sistematis dan mengedepankan pendekatan PAKEM.

Sedangkan dilihat dari parktek atau pelaksanaan pembelajarannya, juga terlihat bahwa aktivitas pembelajaran yang dilakukan ketiga guru tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini tampak dari information hasil observasi seolah-olah tampak pada tabel berikut ini.


Keterangan =
Kriteria evaluasi sebagai berikut:
1 = sangat tidak baik
two = tidak baik
three = kurang baik
four = baik
five = sangat baik


Pedoman Penafsiran Skor
ü Jumlah skor 0 – 24 = Sangat tidak baik
ü Jumlah skor 25 – 48 = Tidak baik
ü Jumlah skor 49 – 72 = Kurang baik
ü Jumlah skor 73 – 96 = Baik
ü Jumlah skor 97 – 120 = Sangat baik

Berdasarkan tabel di atas dan dengan berpedoman pada penafsiran skor tersebut, terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh ketiga orang guru yang menjadi subyek penelitian masih dikatagorikan kurang baik.

Dilihat dari information hasil observasi program siswa yang diamati menurut aspek; 1) keseriusan dalam mengikuti pelajaran; 2) mengajukan atau menjawab pertanyaan; dan 3) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi, yang masing-masing aspek diberi nilai maksimun four dengan ketentuan sebagai berikut
1 = kurang/tidak baik (tidak pernah)
two = cukup/hanya 1 x
three = baik / 2x
four = sangat baik/Lebih dari 2x

Adapun pedoman peskoran yang digunakan untuk mengetahui baik tidaknya program siswa menggunakan ketentuan sebagai berikut:
Skor 1 - three = tidak/kurang baik
Skor four - vi = cukup
Skor seven - nine = baik
Skor 10-12 = sangat baik

Ketentuan tersebut diperoleh dari perkalian antara nilai maksimun dengan jumlah aspek yang diteliti, dalam hal ini jumlah aspek program siswa yang diteliti ialah 3. Dengan demikian skor maksimumnya ialah three x four = 12.

Berdasarkan ketentuan tersebut diperoleh information program siswa mapel PKn (lihat lampiran 8) program siswa dalam aktivitas berguru mencapai skor rata-rata 5,79 (cukup), dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 2,55 (cukup, mendekati baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 1,41 (kurang) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 1,83 (mendekati cukup).

Sedangkan untuk mapel IPA (lihat lampiran 9), program siswa dalam KBM pada siklus 1 ini juga masih kurang baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh gres mencapai 5,59 (cukup) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 2,31 (cukup); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 1,38 (kurang) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 1,90 (kurang).

Dan dalam mata pelajaran Seni Budaya (lihat lampiran 10) pada siklus 1 ini masih belum baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh gres mencapai 5,33 (cukup) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 2,36 (cukup); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 1,31 (kurang); dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 1,67 (mendekati cukup)

Hail refleksi berupa aktivitas diskusi antara peneliti dan kawan peneliti diketahui bahwa adanya kekurangan baik dilihat dari perencanaan pembelajaran yang dibuat, pelaksanaan pembelajaran dan keaktifan siswa pada umumnya disebabkan karena metode yang digunakan masih belum variatif dan kurang menyenangkan. Guru-guru tersebut belum bisa memaknai pendekatan PAKEM dengan sebenarnya. Tidak variatif dan kurang menyenangkannya metode pembelajaran inilah yang selanjutnya berakibat pada tingkat keterlaksanaan nilai-nilai abjad bangsa masih rendah. Hal tersebut tampak pada tabel berikut ini:

Tabel three
Keterlaksanaan Nilai Pembangunan Karakter Bangsa dalam KBM
(Siklus-1)



Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa dari 25 indikator pembangunan abjad bangsa pada aktivitas KBM mapel PKn gres tampak nine indikator, mapel IPA five indikator, dan mapel Seni Budaya seven indikator.

Sebagai implikasi dari hasil refleksi pada siklus ini, pada siklus berikutnya akan ditampilkan metode dan media pembelajaran yang lebih variatif serta sanggup merangsang atau memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif sehingga diharapkan akan lebih banyak nilai-nilai pengembangan abjad bangsa yang bisa diserap akseptor didik.

B. Siklus/tahap two
Sebagaiman dijelaskan pada siklus 1, tujuan yang ingin dicapai dalam Perguruan Tinggi Swasta ini ialah a) Meningkatkan pemahaman Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM; dan, 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan abjad bangsa dalam aktivitas berguru mengajar.

Berdasarkan hasil refleksi menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan PAKEM (terutama dalam pemilihan metode yang variatif dan sanggup memotivasi keterlibatan atau partisipasi siswa dalam belajar) masih rendah sehingga berimplikasi pada masih rendahnya keterlaksanaan nilai pembangunan abjad bangsa. Maka fokus Perguruan Tinggi Swasta pada siklus ini ialah meningkatan keterampilan guru dalam pemilihan metode yang mengedapankan pendekatan PAKEM.

1. Perencanaan
Seusai dengan fokus tujuan di atas, aktivitas perencanaan yang dilakukan pada siklus two ialah sebagai berikut:

1) Memberikan kiprah kepada guru untuk menciptakan persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan PAKEM yang akan digunakan pada silkus two ini.

2) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi berguru mengajar.

3) Mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi antara kepala sekolah sebagai peneliti dan guru sebagai kawan peneliti..

2. Pelaksanaan Tindakan.
Kegiatan pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus two ialah
c) Mengadakan diskusi dan memberi pendampingan bagi guru untuk menciptakan persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan pendekatan PAKEM untuk digunakan pada silkus two ini

d) memonitoring atau mensuverpisi aktivitas pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya. Kegiatan kepala sekolah sebagai peneliti ialah mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi, sementara aktivitas guru sebagai kawan peneliti ialah melakukan aktivitas pengajaran sesuai dengan planning yang telah disusun sebelumnya.

3. Pengamatan
Pada tahap ini, kepala sekolah sebagai peneliti melakukan pemantauan selama aktivitas proses berguru mengajar berlangsung dengan lembar observasi yang telah tersedia. Aktivitas yang diamati bukan hanya program guru, tetapi juga program siswa.
1). Mengobservasi tampilan Guru yaitu mengamati :
(a) Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.
(b) Strategi berguru mengajar yang dikembangkan guru.
(c) Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(d) Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(e) Sumber berguru yang dipilih dan dipergunakan guru dalam aktivitas pembelajaran.
2). Mengobservasi program siswa yaitu mengamati :
(a) Keseriusan siswa mengikuti kegaiatan berguru mengajar
(b) Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru dan/ataumengajukan pertanyaan.
(c) Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam diskusi atau kerja kelompok (KEJARKOP).
Adapun alat atau instrumen yang digunakan sebagai information pendukung ialah instrumen berupa pedoman observasi program guru dan siswa (terlampir).



4. Refleksi

Ada dua hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibentuk sudah mengedepankan pendekatan PAKEM terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya; 2) Apakah pelaksanaan pembelajarannya juga sudah mengedapankan pendekatan PAKEM.

Berdasarkan information dari hasil evaluasi RPP (lihat format evaluasi RPP pada lampiran) diperoleh information bahwa dari three RPP yang dibentuk oleh guru yang menjadi subyek penelitian ternyata gres RPP yang dibentuk guru mata pelajaran (mapel) PKn yang sanggup dikatagorikan cukup baik dilihat dari unsur kejelasan tujuan, pemilihan dan pengorganisiran materi, kejelasan skenario, penggunaan metode dan alat evaluasi yang digunakan. Namun demikian, dalam RPP ini juga masih terdapat kekurangan yakni dalam hal pemilihan media yang dianggap masih kurang variatif.

Dua RPP lainnya, yakni RPP yang dibentuk guru mapel IPA dan mapel Seni Budaya masih dikatagorikan kurang. Hal tersebut sanggup dilihat pada tabel berikut ini.


Keterangan =

Kriteria evaluasi sebagai berikut:
1 = sangat tidak baik
two = tidak baik
three = kurang baik
four = baik
five = sangat baik

Pedoman Penafsiran Skor
ü Jumlah skor 0 – 10 = Sangat tidak baik
ü Jumlah skor eleven – xx = Tidak baik
ü Jumlah skor 21 – 30= Kurang baik
ü Jumlah skor 31 – forty = Baik
ü Jumlah skor 41 – l = Sangat baik



Berdasarkan pendoman penskoran di atas sanggup dinyatakan bahwa RPP yang telah dibentuk guru mapel IPA dan Seni Budaya sanggup dikatagorikan masih kurang baik, sedangkan RPP yang dibentuk guru mapel PKn sanggup dikatagorikan baik. Beberapa permasalahan yang muncul menurut hasil refleksi (diskusi antara peneliti dan kawan peneliti) yang selanjutnya menjadi materi perbaikan untuk siklus berikutnya adalah:

- Penyusunan langkah-langkah pembelajaran belum disusun secara sistematis serta belum mengedepankan pendekatan PAKEM. Oleh karena itu pada siklus yang berikutnya langkah-langkah pembelajaran akan disusun secara sistematis dan mengedepankan pendekatan PAKEM.

- Media pembelajaran yang digunakan hanya media yang ada dikelas, seolah-olah papan tulis. Pada siklus berikutnya akan dibentuk media pembelajaran yang lebih variatif.
Sedangkan dilihat dari parktek atau pelaksanaan pembelajarannya, juga terlihat bahwa aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru PKn agak lebih dibandingkan dua guru lainnya. Hal ini tampak dari information hasil observasi seolah-olah tampak pada tabel berikut ini.

Tabel five
LEMBARAN OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SILKUS 1



Keterangan =

Kriteria evaluasi sebagai berikut:
1 = sangat tidak baik
two = tidak baik
three = kurang baik
four = baik
five = sangat baik

Pedoman Penafsiran Skor
ü Jumlah skor 0 – 24 = Sangat tidak baik
ü Jumlah skor 25 – 48 = Tidak baik
ü Jumlah skor 49 – 72 = Kurang baik
ü Jumlah skor 73 – 96 = Baik
ü Jumlah skor 97 – 120 = Sangat baik



Berdasarkan tabel di atas dan dengan berpedoman pada penafsiran skor tersebut, terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh oleh guru kelas dan PAI masih dikatagorikan kurang baik. Sedangkan untuk PJOK sanggup dikatagorikan baik, walau terdapat beberapa unsur evaluasi yang masih kurang baik.

Dilihat dari information hasil observasi program siswa yang diamati menurut aspek; 1) keseriusan dalam mengikuti pelajaran; 2) mengajukan atau menjawab pertanyaan; dan 3) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi, yang masing-masing aspek diberi nilai maksimun four dengan ketentuan sebagai berikut

1 = kurang/tidak baik (tidak pernah)
two = cukup/hanya 1 x
three = baik / 2x
four = sangat baik/Lebih dari 2x


Adapun pedoman peskoran yang digunakan untuk mengetahui baik tidaknya program siswa menggunakan ketentuan sebagai berikut:
Skor 1 - three = tidak/kurang baik
Skor four - vi = cukup
Skor seven - nine = baik
Skor 10-12 = sangat baik


Ketentuan tersebut diperoleh dari perkalian antara nilai maksimun dengan jumlah aspek yang diteliti, dalam hal ini jumlah aspek program siswa yang diteliti ialah 3. Dengan demikian skor maksimumnya ialah three x four = 12.

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh information program siswa dalam mata pelajaran IPA (lihat lampiran 10), program siswa dalam KBM pada siklus 1 ini juga masih kurang baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh gres mencapai 6,31 (cukup) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 2,72 (cukup, mendekati baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 1,52 (mendekati cukup) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 2,07 (cukup).

Sedangkan untuk mapel Seni Budaya (lihat lampiran 9) pada siklus 1 ini masih belum baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh gres mencapai 6,23 (cukup) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 2,82 (cukup, dan mendekati baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 1,44 (mendekati cukup); dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 1,97 (mendekati cukup)

Dalam Kelas program siswa dalam aktivitas berguru agak lebih tinggi yakni mencapai skor rata-rata 6,45 (cukup, mendekati baik) namun masih harus ditingkatkan.

Hail refleksi berupa aktivitas diskusi antara peneliti dan kawan peneliti diketahui bahwa metode yang digunakan oleh guru yang menjadi subyek penelitian sudah variatif namun belum menciptakan termotivasi dengan baik yang faktor utamanya disebabkan belum dipergunakannya media yang menarik. Media pembelajaran yang kurang menarik inilah yang selanjutnya berakibat pada tingkat partisipasi siswa sehingga berimplikasi pula pada masih kurangnya keterlaksanaan nilai pembanguan abjad bangsa. Adapun nilai pembanguan abjad bangsa yang terlaksana dalam siklus two ini sanggup dilihat pada tabel berikut ini


Tabel vi
Keterlaksanaan Nilai Pembangunan Karakter Bangsa dalam KBM
(Siklus-2)




Berdasarkan tabel tersebut tampak ada peningkatan keterlaksanan Nilai Pembangunan Karakter Bangsa. Ini terlihat dari jumlah indikator yang terpenuhi. Dalam mepel PKN yang pada siklus 1 hanya nine indikator meningkat menjadi fifteen indikator, pada mapel IPA yang pada siklus 1 hanya five indikator meningkat menjadi xiii indikator, dan mapel Seni Budaya yang semula (pada siklus 1) seven indikator meningkat menjadi xiv indikator. Peningkatan pencapaian keterlaksanaan nilai pembangunan abjad bangsa dalam PBM ini disebabkan karena guru-guru yang menjadi subyek penelitian telah berupa menerapkan metode pembelajaran yang variatif dan melibatkan siswa.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut, pada siklus berikutnya akan ditampilkan media pembelajaran yang lebih menarik dan variatif serta sanggup merangsang atau memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dan diharapakan akan semakin banyak nilai pembangunan abjad bangsa yang terlaksana.

C. Siklus three
Hasil refleksi pada siklus two menunjukkan bahwa keterampilan Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM dalam kaitannya dengan pemilihan metode sudah cukup baik namun ternyata belum sanggup meningkatkan keaktifan siswa dalam berguru yang disebabkan belum digunakan media pembelajaran yang variatif dan memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif. Berdasarkan hasil refleksi tersebut fokus tujuan yang ingin dicapai pada siklus three ialah mengetahui keterampilan guru dalam pemilihan dan penggunaan media yang variatif dan yang sanggup memotivasi siswa untuk terlibat aktif.

1. Perencanaan
Seusai dengan fokus tujuan di atas, aktivitas perencanaan yang dilakukan pada siklus two ialah sebagai berikut:
1) Memberikan kiprah kepada guru untuk merevisi persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 2. Hasil revisi kemudian dijadikan RPP yang akan digunakan pada silkus three ini.
2) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi berguru mengajar.
3) Mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi antara kepala sekolah sebagai peneliti dan guru sebagai kawan peneliti..



2. Pelaksanaan Tindakan.

Kegiatan pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus three ialah mengadakan diskusi dan memberi pendampingan bagi guru untuk mervisi persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan pada siklus sebelumnya (siklus 2). Hasil revisi, kemudian dijadikan RPP yang akan digunakan pada siklus ini (siklus 3). Selain itu, kepala sekolah sebagai peneliti juga berperan untuk memonitoring atau mensuverpisi aktivitas pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya. Dengan demikian aktivitas kepala sekolah akan lebih fokus untuk mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi, sementara aktivitas guru sebagai kawan peneliti ialah melakukan aktivitas pengajaran sesuai dengan planning yang telah disusun sebelumnya.


3. Pengamatan
Sama seolah-olah pada siklus sebelumnya, Pada tahap ini kepala sekolah melakukan pemantauan selama aktivitas proses berguru mengajar berlangsung. Kegiatan pemantauan ini dibantu dib antu dengan lembar observasi yang telah tersedia. Aktivitas yang diamati akan lebih berfokus pada tampilan guru berkaitan dengan pengunaan a) Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas; dan b) Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas. Serta program siswa yaitu dalam mengikuti aktivitas pembelajaran mencakup : (a) Keseriusan siswa mengikuti kegaiatan berguru mengajar; (b) Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru dan/ataumengajukan pertanyaan; (c) Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam diskusi atau kerja kelompok (KEJARKOP).

Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya, alat atau instrumen yang digunakan sebagai information pendukung juga sama yakni instrumen berupa pedoman observasi program guru dan siswa (terlampir).

4. Refleksi
Sama seolah-olah pada siklus sebelumnya, ada dua hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibentuk sudah mengedepankan pendekatan PAKEM terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya; 2) Apakah pelaksanaan pembelajarannya juga sudah mengedapankan pendekatan PAKEM.

Berdasarkan information dari hasil evaluasi RPP (lihat format evaluasi RPP pada lampiran) diperoleh information bahwa dari three RPP yang dibentuk oleh guru yang menjadi subyek penelitian sanggup dikatagorikan cukup baik dilihat dari unsur kejelasan tujuan, pemilihan dan pengorganisiran materi, kejelasan skenario, penggunaan metode dan alat evaluasi yang digunakan. Hal tersebut sanggup dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel seven
REKAPITULASI HASIL PENILIAN RPP
PERTEMUAN KE SILKUS three


Keterangan =
Kriteria evaluasi sebagai berikut:
1 = sangat tidak baik
two = tidak baik
three = kurang baik
four = baik
five = sangat baik



Pedoman Penafsiran Skor
ü Jumlah skor 0 – 10 = Sangat tidak baik
ü Jumlah skor eleven – xx = Tidak baik
ü Jumlah skor 21 – 30= Kurang baik
ü Jumlah skor 31 – forty = Baik
ü Jumlah skor 41 – l = Sangat baik


Berdasarkan pendoman penskoran di atas sanggup dinyatakan bahwa RPP yang telah dibentuk ketiga orang guru yang menjadi subyek penelitian dikatagorikan baik.

Dilihat dari parktek atau pelaksanaan pembelajarannya, juga terlihat perkembangan yang cukup menggembirakan. Hal ini karena aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh ketiga orang guru yang menjadi subyek penelitian sudah menunjukkan pr. Hal ini tampak dari information hasil observasi seolah-olah tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 8
LEMBARAN OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN SILKUS three


Keterangan =

Kriteria evaluasi sebagai berikut:
1 = sangat tidak baik
two = tidak baik
three = kurang baik
four = baik
five = sangat baik

Pedoman Penafsiran Skor
ü Jumlah skor 0 – 24 = Sangat tidak baik
ü Jumlah skor 25 – 48 = Tidak baik
ü Jumlah skor 49 – 72 = Kurang baik
ü Jumlah skor 73 – 96 = Baik
ü Jumlah skor 97 – 120 = Sangat baik



Berdasarkan tabel di atas dan dengan berpedoman pada penafsiran skor tersebut, terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh tiga orang guru yang menjadu subyek penelitian, yakni guru mapel PKn; IPA; Seni Budaya sanggup dikatagorikan baik.

Dilihat dari information hasil observasi program siswa yang diamati menurut aspek; 1) keseriusan dalam mengikuti pelajaran; 2) mengajukan atau menjawab pertanyaan; dan 3) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi, yang masing-masing aspek diberi nilai maksimun four dengan ketentuan evaluasi dan penafsiran skor sama seolah-olah pada siklus two diperoleh information bahwa program siswa dalam mata pelajaran mapel Seni Budaya (lihat lampiran 10) pada siklus three ini sudah baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh telah mencapai 9,05 (baik) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 3,49 (baik, dan mendekati sangat baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 2,39 (cukup) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 3,21 (baik).

Sedangkan untuk mapel IPA (lihat lampiran 9), program siswa dalam KBM pada siklus three ini juga sudah baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh mencapai 9,17 (baik) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 3,42 (baik, mendekati sangat baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 2,45 (cukup, mendekati baik) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 3,31 (baik).

Begitu pula untuk mapel PKn (lihat lampiran 8). Aktivitas siswa dalam aktivitas berguru sudah mendekati sangat baik, hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh telah mencapai 9,31 (baik, dan sudah mendekati sangat baik).

Hasil refleksi berupa aktivitas diskusi antara peneliti dan kawan peneliti diketahui bahwa adanya peningkatan nilai preforma tersebut disebabkan karena mereka (guru-guru yang menjadi subyek penelitian) telah berupa menggunakan metode dan media pembelajaran yang lebih variatif. Ini menunjukkan bahwa metode dan media yang variatif ternyata sanggup meningkatkan program siswa dalam berguru serta terhadap peningkatan keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan abjad bangsa. Hal tersebut sanggup dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel nine
KETERLAKSANAAN NILAI PEMBANGUNAN
KARAKTER BANGSA DALAM KBM
(Siklus-3)




Data tabel tersebut menunjukkan bahwa ada peingkatan yang sangat suginifikan dari keterlaksaan nilai pembangunan abjad bangsa dalam KBM di SMPN two Cikeusik. Tingginya tingkat keterlaksanaan nilai pembangunan abjad ini disebabkan guru-guru telah bisa menerapkan pendekatan PAKEM sehingga pembelajaran menjadi aktif, efektif dan menyenangkan.

Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, 2, dan three yang mencoba mengungkapkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan aktivitas bimbingan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru-guru SMPN two Cikeusik dalam penerapan pendekatan PAKEM sanggup dismpulkan bahwa pemahaman dan keterampilan guru-guru SMPN two Cikeusik wacana PAKEM mulai meningkat yang berimplikasi pula pada berkembangnya nilai-nilai pembangunan (pendidikan) abjad bangsa. Oleh karena itu, aktivitas Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) wacana Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) Dalam KBM Di SDN Pasucen 01 dianggap selesai.

D. Pembahasan
Berikut penulis uraikan pembahasan information penelitian siklus demi siklus penelitian.

1. Pembahasan Data Siklus 1

Tujuan yang ingin dicapai dalam Perguruan Tinggi Swasta ini ialah a) Meningkatkan pemahaman Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM; dan, 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan abjad bangsa dalam aktivitas berguru mengajar. Hasil analisis siklus 1 menunjukkan bahwa:

1) Dilihat dari aspek guru, tampak bahwa pada siklus 1 ini keterampilan guru dalam penerapan pendekatan PAKEM masih kurang. Ini terlihat dari masih kurangnya keterampilan guru dalam memilih atau memilih metode dan media yang variatif dan sanggup merangsang program siswa.

Data hasil evaluasi RPP pada siklus 1 menunjukkan bahwa pencapaian skor nilai RPP kelas ialah 24; mapel PAI memperoleh skor 22 dan mapel Seni Budaya memperoleh skor 22. Dengan demikian ketiga RPP tersebut masih dikatagorikan kurang baik.

Sedangkan menurut information hasil observasi pelaksanaan KBM menunjukkan pencapaian nilai pelaksanaan pembelajaran kelas pada siklus 1 ialah 69; mapelPAI  mencapai skor 63 dan PJOK mencapai skor 65. Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran ketiganya juga masih dikatagorikan kurang baik.

2) Dilihat dari dari aspek siswa, terlihat belum adanya peningkatan parrtisipasi siswa dalam aktivitas berguru mengajar. Berdasarkan information hasil observasi menunjukkan bahwa program siswa pada siklus 1 dalamkelas gres mencapai rata-rata skor 5,79 (cukup), dalam mapel PAI gres mencapai rata-rata skor 5,59 (cukup) sedangkan dalam mapel PJOK mencapai skor rata-rata 5,33 (cukup,). Hal tersebut menunjukkan bahwa program siswa belum mencapai katagori baik sehingga perlu ditingkatkan.

3) Dilihat dari information keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan abjad bangsa, terlihat belum banyak indikator nilai-nilai pembangunan abjad bangsa yang sanggup diwujudkan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai pembangunan abjad bangsa yang diteliti, dalam mata pelajaran PKn gres terlaksana nine indikator atau 36%, PAI mencapai five indikator atau 29% dan mapel PJOK mencapai seven indikator atau 28%.

Berdasarkan hal tersebut, aktivitas yang masih perlu mendapat perhatian khusus dalam Perguruan Tinggi Swasta ini pada siklus berikutnya ialah peningkatan keterampilan guru terutama dalam kaitannya dengan pemilihan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PAKEM. Hal ini sesuai dengan prinsip PAKEM bahwa proses pembelajaran harus mengedapankan keterlibatan siswa yang pelaksanaan diwujudkan dengan penerapan metode dan media pembelajaran yang variatif dan inovatif.


2. Pembahasan Data Siklus two
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, pada siklus two ini Perguruan Tinggi Swasta lebih memfokuskan pada peningkatan keterampikan guru dalam penerapan PAKEM, terutama dalam penggunaan metode dan media pembelajaran yang bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam aktivitas berguru mengajar. Hasil analisis siklus two menunjukkan bahwa:

1) Dilihat dari segi guru, tampak bahwa pada siklus two ini keterampilan guru dalam penerapan pendekatan PAKEM sudah mulai mengalami peningkatan terutama dalam kaitannya dengan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran. Namun, dalam hal pemilihan media terlihat masih kurang variatif dan kurang sanggup merangsang program siswa.

Data hasil evaluasi RPP pada siklus two menunjukkan bahwa pencapaian skor nilai RPP Kelas ialah 31 (baik); mapelPAI : 26 (kurang baik) dan dalam mapel Seni Budaya: 28 (kurang baik). Sedangkan menurut information hasil observasi pelaksanaan KBM menunjukkan pencapaian nilai pelaksanaan pembelajaran Kelas pada siklus two ialah 77 (Baik); mapel PAI mencapai skor 69 (kurang baik) dan mapel PJOK  mencapai skor seventy (kurang baik). Dengan demikian sekalipun terdapat skor nilai yang dikatagorikan kurang baik, namun bila dilihat skor perolehannya sudah ada peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya.

2) Dilihat dari dari segi siswa terlihat adanya peningkatan parrtisipasi siswa dalam aktivitas berguru mengajar. Data hasil observasi menunjukkan bahwa program siswa dalam kelas mencapai rata-rata skor 6,45 (cukup), dalam mapel PAI mencapai 6,31 (cukup) dan mapel PJOK mencapai skor rata-rata 6,23 (cukup). Hal tersebut menunjukkan bahwa program siswa telah mengalami peningkatan namun belum mencapai katagori baik sehingga perlu ditingkatkan.

3) Dilihat dari information keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan abjad bangsa, terlihat adanya peningkatan keterlaksaaan indikator nilai-nilai pembangunan abjad bangsa yang sanggup diwujudkan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai pembangunan abjad bangsa yang diteliti, pada siklus two ini dalam mata pelajaran Kelas sudah terlaksana/terlihat fifteen indikator atau 60%, PAI mencapai xiii indikator atau 52% dan mapel PJOK mencapai xiv indikator atau 56%.

Berdasarkan hal tersebut, aktivitas yang masih perlu mendapat perhatian khusus dalam Perguruan Tinggi Swasta ini pada siklus berikutnya ialah peningkatan keterampilan guru dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PAKEM seolah-olah kasus, cerita, film/video, foto (analisis kasus) dan sebagainya diubahsuaikan dengan konteks materi yang diajarkan.

3. Pembahasan Data Siklus three
Pada siklus ini telah dilaksanakan banyak sekali usulan perbaikan yang disarankan pada siklus sebelumnya. Hasil analisis information menunjukkan adanya peningkatan pencapaian nilai atau skor yang cukup baik dan signifikan. Hasil pembahasan dan analisis information pada siklus-3 ialah sebagai berikut:

1) Adanya peningkatan keterampilan dalam pembuatan planning pembelajaran. Skor pencapaian nilai RPP Kelas pada siklus three meningkat dari 31 pada siklus two menjadi 35; sedangkan dalam mapel PAI  dari 26 menjadi 33 dan dalam mapelPJOK  dari 28 menjadi 34.



BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan sekolah (PTS) mengenai penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pribadi selama three siklus penelitian sanggup disimpulkan:

1. Kegiatan bimbingan penerapan PAKEM bagi guru SDN Pasucen 01yang dilaksanakan kepala SDN Pasucen 01 telah terlaksana dengan baik dan memberi kontribusi terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan guru wacana penerapan pendekatan PAKEM dalam aktivitas berguru mengajar.

2. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman dan keterampilan guru wacana penerapan PAKEM dalam aktivitas berguru mengajar berimplikasi pada peningkatan partisipasi atau keaktifan siswa serta terhadap keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan abjad bangsa, seolah-olah nilai kerja keras, kerjasama, saling menghargai dan sebagainya.

3. Berdasarkan hasil refleksi, aktivitas Perguruan Tinggi Swasta wacana Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) Dalam KBM DiSDN Pasucen 01 mencapai tujuan yang diharapkan yakni: a) Meningkatkan pemahaman Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru SDN Pasucen 01 dalam menyebarkan PAKEM; dan 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan abjad bangsa dalam aktivitas berguru mengajar. Dengan demikian, hipotesis tindakan dalam Perguruan Tinggi Swasta ini yang menyatakan “Apabila Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM diSDN Pasucen 01 sanggup berjalan efektif, maka keterlaksanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa akan meningkat.” sanggup diterima.



B. Saran

Adapun saran yang sanggup penulis sampaikan adalah:

(1) Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) perlu terus ditingkatkan mengingat cukup signifikan dampak postitif penerapannya terhadap peningkatan proses dan hasil berguru siswa serta bagi terlaksananya nilai-nilai pembangunan abjad bangsa.

(2) Guru-guru harus sanggup mengenali dan menggunakan banyak sekali metode, taktik dan/atau model pembelajaran; sehingga mempunyai banyak pilihan untuk sanggup menerapkan pendekatan PAKEM dalam kegaiatan berguru mengajar.

(3) Selain keterampilan memilih model pembelajaran, guru yang professional person juga hendaknya sanggup memilih media yang tepat untuk memberikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru juga dituntut memliki kreativitas dan keterampilan memilih media pembelajaran yang tepat.

(4) Pembangunan abjad bangsa merupakan kegiatannyang harus terus di laksanakan terutama di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, perlu terus digali model implikasi pembangunan abjad bangsa di sekolah baik secara terintergasi melalui PBM maupun melalui model lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Workshop KTSP, Pengembangan Bahan Ajar dan Media, Depdinas 2007
Bobbi DePorte & Mike Hernacki. (2000) Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa. Bandung
Danial, Endang AR., doctor H. M.Pd. (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat PLP, Dirjendikdasmen, Depdiknas. Djakarta
Depdiknas. (2002) Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama. Djakarta
Depdiknas. (2003) Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching in addition to Learning). Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama. Djakarta
Depdiknas. (2005) Paket Pelatihan 1 Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Depdiknas. Djakarta
Depdiknas. (2009) Draf Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa . Depdiknas. Djakarta
Republic of Indonesia (2005). Undang-Undang Republik Republic of Indonesia Nomor xiv Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Hasibuan dan Moedjino. (1996) Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya.
Hidayat, Kosadi, dkk.. (1987) Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta.
Munandir. (2001) Ensiklopedia Pendidikan. Malang: UM Press
Pemerintah RI (2010) “Kebijakan Nasional Pembanguan Karakter Bangsa 2010-2025”
Silberman, Melvin L (2002). Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran. Yappendis. Yogyakarta
Sudirman, dkk. (1987) Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya CV.
Sudjana. (1992) Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.
Suriasumantri, Jujun S. (1999) Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suwarsih Madya, Prof. doctor (2007) Penelitian Tindakan Kelas. www.ktiguru.Org
Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk (1995). Pedoman penyusunan KTI di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Digutentis, Djakarta : Diknas
Suhardjono. 2005. Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada Pelatihan Peningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar, Maret 2005
Suhardjono. 2009. Tanya jawab wacana PTK dan PTS, naskah buku.
Suharsimi, Arikunto. (1996) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang.
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Djakarta : PT Bumi Aksara
Wiriaatmadja, Rochiati, Prof.Dr. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. PPS UPI dan Remaja Rosdakarya; Bandung


LAMPIRAN-LAMPIRAN


Lampiran 1  Jadwal Kegiatan

Lampiran two Instrumen Penelitian

Lampiran three Photo-Photo Kegiatan



BIOGRAFI PENULIS

Aina Mulyana, S.Pd Kepala SMPN two Cikeusik Kabupaten Pandeglang, lahir pada tanggal 22 Pebruari 1971 di Saketi, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Mengikuti pendidikan SD dan SMP di kota kecamatan tersebut dan SPG di kota Kabupaten kawasan kelahirannya. Pada Tahun 1998 ia sanggup merampungkan kuliah jenjang S-1 prodi Pend. Kewarganegaraan, di FPIPS IKIP Bandung. Sebelum menjadi PNS, ia tercatat sebagai guru pada SMU PGII two Bandung. Ia sejak tahun 2000 hingga dengan Tahun 2009 diangkat sebagai PNS untuk bertugas sebagai guru di SMP Negeri 1 Cadasari, Kabupaten Pandeglang. Sejak tahun 2009 hingga dengan sekarang dipercaya pemerintah untuk memimpin SMPN two Cikeusik.

Dalam menyebarkan karirer, banyak sekali pengalaman dan penghargaan telah diperolehnya, di antaranya:

1. Juara 1 Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional Kelompok Mapel IPS/PKn yang diselenggrakan Direktorat Profesi, Dirjen PMPTK di Djakarta Tahun 2008

2. Juara 1 Lomba Penelitian Tindakan Kelas Mapel PKn Tingkat Nasional yang diselenggarakan Direktorat PSMP Djakarta Tahun 2005

3. Juara two Lomba Inovasi Pembelajaran Tk Nasional Mapel PKn yang diselenggarakan Direktorat PSMP Djakarta Tahun 2006

4. Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Pandeglang Tahun 2008

5. Instruktur Pelatihan Mapel PKn Tingkat Propinsi Banten Th. 2004-2008

6. Instruktur Pelatihan Mapel PKn Tingkat Nasional Th. 2006-2007

7. Ketua MGMP Kabupaten Pandeglang Mapel PKn 2006-2008

8. Guru Inti PKn Kabupaten Pandeglang Th. 2006-2008

9. Anggota Tim Pengembang Kurikulum Propinsi Banten Th. 2006-2008

10. Anggota Tim Monitoring dan Survisi Klinis SSN Tk. Nasional Thursday 2006

11. Anggota Tim Penyusun Buku Tes Diagnostik Direktorat PSMP Th. 2007

Belum ada Komentar untuk "Contoh Laporan Pts"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel