Ai (Artificial Intelligence) Sekarang Juga Dapat Mendeteksi Emosi Manusia

Teknologi AI

AI (Artificial Intelligence) atau biasa yang dikenal sebagai kecerdasan buatan semakin berkembang kemampuannya. Saat ini Tak hanya bisa mengoptimasi mesin dan software, namun AI juga bisa mendeteksi emosi manusia.
Di masa depan, teknologi ini akan sangat memiliki kegunaan bagi mesin robot untuk mengetahui kepuasan pelanggan melalui pendeteksian emosi.
Misal, apabila muncul sebuah pesan pop-up/feed-back ''Apakah kamu senang terhadap aplikasi ini?'', biasanya komputer tidak terlalu peduli dengan perasaan kita.
Mesin hanya memproses information yang masuk melalui pilihan ''ya'' atau ''tidak'' tanpa mengerti perasaan pengguna sebenarnya.
Di masa depan, hal ini tidak akan terjadi alasannya AI bisa mendeteksi apakah kita kecewa dengan aplikasi atau kita menyukai.
https://fleetimages.bobitstudios.com/upload/automotive-fleet/content/news/_migrated/Affectiva-Distracted-metrics.png
Saat ini, sebuah startup yang bernama Affectiva sedang berusaha keras mewujudkannya, mereka memproleh dana dari investor sebesar 34,3 juta dolar AS atau Rp 480 miliar untuk mengembangkan lebih dalam teknologi tersebut.
Teknologi Itu sama halnya ibarat menggabungkan antara ilmu psikologi dengan ilmu komputer. Perusahaan sudah berhasil mendeteksi beberapa tekstur wajah yang ditangkat oleh mesin adalah marah, sedih, kecewa, tersipu, dan beberapa kondisi emosi lainnya.
Mereka akan terus berusaha berbagi teknologi pendeteksian wajah Menggunakan kecerdasan buatan sehingga bisa mendeteksi emosi insan lebih dalam lagi.
https://yt3.ggpht.com/85CGaUOYphAUn4nThSPuoGH7091Oz3lY9oTwx7qBJunMDxgVfJTicjtOGxP5v759nvtjxS3uEH8=w1440-fcrop64=1,32b75a57cd48a5a8-nd-c0xffffffff-rj-k-no
Perusahaan pesaing, Neurodata Lab juga berbagi teknologi yang sama dengan memanfaatkan gestur mikro pada wajah. Mereka berbagi sistem pendeteksi emosi berdasarkan dari Facial Action Coding System (FACS).
Sistem tersebut sudah lama diciptakan oleh Paul Ekman dan Wallace Friesen pada tahun 1970-an dan 1980-an. Secara harfiah, sistem itu akan menuliskan instruksi di mana setiap gerakan kecil wajah sanggup digambarkan melalui apa yang disebut ''Unit Aksi''.
Misalnya, kesedihan sanggup dilaporkan sebagai ane + iv + fifteen (pengangkat alis cuilan dalam, alis lebih rendah, pengutamaan sudut bibir).
Sementara kebahagiaan digambarkan sebagai half dozen + 12 (pengangkatan pipi + penarikan sudut bibir).
Para peneliti dan developer di Neurodata Lab menerjemahkan tersebut ke dalam sistem AI terbaru mereka sehingga sanggup mendeteksi emosi pengguna.
George Pliev, CEO dari Neurodata Lab memberikan bahwa jaringan saraf tiruan bisa berkembang pesat di masa depan.
''Dari sudut pandang teknologi, sistem pengenalan emosi yang akurat dimungkinkan dari pengembangan aktif jaringan saraf tiruan melalui acara AI," Ujar George Pliev yang dikutip dari Digital Trends.
Teknoogi ini kabarnya diminati oleh sebuah produsen mobil ternama yang dirahasiakan namanya dan nantinya, saat AI mendeteksi bahwa pipi pengguna merah, dia akan menghidupkan air-conditioning secara otomatis.
Sementara saat raut pengguna kelelahan dan pengemudi terlihat tidak sehat, AI akan menyarankan pengguna untuk menepi dan beristirahat.
Teknologi AI atau kecerdasan buatan yang bisa mendeteksi emosi pengguna diprediksi akan berkembang pesat dalam 10 tahun ke depan.

Belum ada Komentar untuk "Ai (Artificial Intelligence) Sekarang Juga Dapat Mendeteksi Emosi Manusia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel