Kultum Ramadhan Perihal Kepemimpinan Nabi Muhammad.


Selamat tiba di spider web log , pada kesempatan ini kami berbagi Kultum Ramadhan Tentang Kepemimpinan Nabi Muhammad.

Kultum ini sangat cocok sekali Digunakan pada bulan suci Ramadhan sebagai kajian Islam sebelum atau sehabis melakukan sholat tarawih dan sehabis sholat shubuh. 

Tujuannya yaitu sebagai refrensi kultum pada bulan suci Ramadhan yang sangat gampang dan elementary bagi para santri dan santriwati.

Berikut rujukan kultum Ramadhan versi yang berjudul,
Kepemimpinan Nabi Muhammad
Adalah Muhammad SAW sosok insan yang mempunyai sejarah paling sukses dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya dan paling besar pengaruhnya bagi ummat manusia. Sukses dan efek Muhammad bagi dunia sampai dewasa ini sanggup dilihat dari agama islam yang dibawanya. Ciri kesuksesan yang diperlihatkan oleh agama yang dibawahnya itu ialah pertama: agama ini terus berkembang baik segi kualitas maupun kuantitas, kedua: ia menjagkau semua bangsa di berbagai belahan bumi, dan ketiga: ia menjadi sistem bukan saja sebagai sistem ritual tetapi menjadi sistem bermasyarakat dan berbangsa. Tidak semua agama mempunyai keadaan kondisi ibarat dewasa ini. Ada agama besar dunia yang tidak menjangkau semua bangsa; dan juga ada agama yang sekarang penganutnya sudah tidak bertambah bahkan semakin berkurang, bahkan ada agama yang dulu tergolong agama besar, sekarang tinggal kenangan sejarah.

Tumbuh dan berkembangnya agama Islam ibarat ini, tentu saja selain alasannya ialah keluhuran pesan kandungannya juga alasannya ialah sosok pembawanya yang mempunyai kemampuan untuk menunjukkan agama ini kepada insan sehingga sanggup diyakini dan diterima serta diteruskan dari generasi ke generasi.

Muhammad lahir sekitar xiv masa yang lalu, tepatnya 751 masehi. Dan meninggal pada tahun dengan usia sedang sedang saja (63 tahun) dibanding usia rata-rata manusia, bahkan relatif singkat dibanding dengan usia nabi-nabi terdahulu, bandingkan usia nabi Adam 930 tahun, Nuh 950 tahun, Ibrahim 175 tahun. Meskipun masa hidupnya hanya 63 tahun, dan mengemban dakwahnya hanya 23 tahun, namun dia sanggup menyaksikan sendiri keberhasilannya sebelum dia meninggal dunia, yaitu:
  1. berhasil mengubah pahan paganisme yang kental dimiliki oleh masyarakatnya menjadi monoteisme, menyembah Allah Yang Satu.
  2. berhasil membangun satu kesatuan masyarakat dalam satu negara yang tadinya mempunyai cara hidup bersuku-suku yang antara satu dengan lainnya selalu terjadi permusuhan.
  3. berhasil mengubah pola pikir masyarakatnya dan masyarat yang tertinggal menjadi masyarakat maju, sehingga sanggup berpacu dengan kemajuan yang dicapai oleh masyarakat non arab pada dikala itu.
Atas sukses yang dicapainya dan pengaruhnya yang sangat besar dalam kehidupan umat insan dalam perjalanan sejarah, maka para pakar sosiologi dan sejarawan, baik muslimmaupun non muslim – selama Menggunakan – rujukan yang valid dan analisa yang objektif pasti akan mengakui sukses dan pengaruhnya itu. Tentu saja keberhasilan Muhammad itu, selain alasannya ialah dia mempunyai akhlakul karimah yang patut dicontoh dan diteladani, juga faktorkepemimpinannya yang simpatik sehingga orang-orang yang Menggunakan budi rasional pasti akan tertarik mengikuti dakwahnya. Ceramah singkat ini Akan mencoba menguraikan beberapa ciri kepemimpinan Muhammad SAW yang simpatik itu. 

Ciri ciri tersebut antara lain:

Kejujuran

Nabi Muhammad menjadikan kejujuran sebagai tonggak utama ciri kepemimpinannya. Dalam salah satu hadisnya, dia mengatakan: kejujuran itu baik akan tetapi paling baik kejujuran bila dimilki oleh pemimpin. Karena kejujuran itu maka dia digelar al-Amin yang artinya Sang Jujur. Beliau Jujur membuka kesalahannya kepada ummatnya saat dia mendapatkan teguran dari Allah ibarat yang terdapat dalam Quran surah Abasa.

Dalam surat itu dikemukakan bahwa saat nabi Muhammad berbicara dihadapan pemuka Quraisy Mekah kemudian didatangi oleh seorang orang buta yang bernama Abdullah ibn Maktum, Muhammad saat itu bermuka masam seraya memalingkan mukanya dari Ibn Maktum itu. sikap Muhammad itu ditegur oleh Allah dan dengan jujur teguran itu dibuka kepada kita semua. Kita memperoleh pelajaran dari kejujuran Muhammad itu, bahwa seorang pemimpin janganlah takut dikritik dan jangan segan-segan mengakui kekhilafan dan kesalahannya bila benar-benar bersalah dan keliru.

Dengan kejujuran NAbi Muhammad pula sehingga ia tidak segan-segan menghukum orang yang bersalah meskipun anggota keluarganya dengan dilandasi sikap yang bijak dan simpatik. Ketika ia dihadapkan pada satu gosip yang melibatkan istri yang dicintainya, Aisyah, ia bersedia menceraikannya bila benar-benar Aisyah bersalah. Tetapi Aisyah ternyata tidak bersalah, hanya menjadi korban gosip dari orang lain, maka dia tidak menceraikan istrinya.

Sebagai komitmen kejujurannya untuk menegakkan hukum, maka Nabi SAW bersabda:

Sekiranya Fatimah mencuri, maka ia pun saya potong tangannya.

Seperti kita ketahui, Fatimah ialah puteri kesayangan Beliau. Dengan komitmen kejujuran pula, maka dia tidak meninggalkan harta yang bertumpuk saat ia meninggal dunia kecuali uang seven dinar dan pakaian yang melekat di badannya. Ia sanggup menjadi kaya raya sekiranya mau berlaku tidak jujur untuk menyerahkan harta rampasan yang bertumpuk kepada orang yang berhak memilikinya. Tetapi alasannya ialah jujur, maka harta yang bertumpuk semuanya dibagi-bagikan kepada pemiliknya. Kejujuran ibarat ini yang harus dimiliki oleh pemimpin dewasa ini, kejujuran untuk tidak mengambil sesuatu jikalau bukan haknya. Perilaku jujur Muhammad ini menjadi salah satu daya tarik sehingga dia sukses dalam kepemimpinannya.

Toleran

Gaya Toleran ialah menjadi gaya kepemimpinan Muhammad SAW alasannya ialah toleransinya, maka ia mendapatkan simpatik bak terhadap pengikutnya ditunjukkan saat ia mendapatkan aduan dua sahabatnya (ia memanggil pengikutnya dengan istilah sobat demikian toleransinya) yang kembali dari perjalanan. Keduanya melaporkan bahwa dikala waktu shalat masuk dan tidak adaair, keduanya melakukan tayammum kemudian melakukan shalat. Tetapi waktu shalat yang bersangkutan belum akhir , tiba-tiba keduanya menemukan air. Sikap keduanya berbeda, yang satu tidak melakukan shalat lagi, alasannya ialah sudah merasa memadai dengan shalat tadi, tetapi satunya Menggunakan air untuk wudlu dan mengulangi shalatnya, sehabis dilaporkan kepada Nabi Muhammad SAW dia tidak menyalahkan satu diantara keduanya. Beliau memberikan kepada yang tidak mengulangi shalatnya, “engkau benar dan telah melakukan sunnah”. Dan kepada yang mengulangi shalatnya dia mengatakan: “engkau tidak salah dan bagimu dua pahala”.

Toleransi yang tinggi membuatnya selalu mendapatkan pandangan sahabatnya bila menetapkan sesuatu dalam urusan sosial kemasyarakatan. Dan bilamana ia bermusyawarah ia dengan terbuka selalu mendapatkan pandangan dan pendapat lawan musyawarahnya selama saran itu tidak merusak sendi-sendi aqidah dan kehidupan sosial kemasyarakatan. Suatu saat dikala ia menempatan pasukan muslim dalam menghadapi musuhnya di Badar, kemudian bertanya seorang sahabatnya yang bernama Hubab bin Munzir tentang mengapa Rasulullah memilih kawasan itu, menurut Hubab kawasan itu tidak strategis Hubab selanjutnya menyarankan pindah ke kawasan yang lain. Kemudian dia mendapatkan saran tersebut dan memiondahkan pasukannya ketempat yang disarankan Hubab itu.

Pada perjanjian di Hudaibiah yang dilakukan antara Nabi Muhammad dan shabat-sahabatnya dengan utusan Quraisy. Pihak Quraisy melarang umat Islam meneruskan perjalanannya masuk ke kota Mekah untuk melakukan ibadah umrah. Dengan semangat toleransi yang sangat tinggi, Nabi mendapatkan usl mereka untuk menunda perjalanannya sampai tahun berikutnya. Dalam perjanjian tersebut juga, dia rela mendapatkan usul utusan Quraisu untuk mencantumkan dalam teks perjanjian kata kata “Muhammad Rasulullah” tetapi cukup dengan “Muhammad Ibn Abdullah”.

Sikap toleransi Nabi diperlihatkan pula saat dia bernegosiasi dengan tamunya dari Thaif yang mau mendapatkan islam dengan syarat yang diajukan kepadanya. Dalam perundingan tersebut, Nabi menolak sebagian permintaan mereka, yaitu: 1. Mereka tetap mau melakukan perzinahan; 2. Mereka masih ingin praktek riba tetap dijalankan, 3. Mereka tetap ingin mengkonsumsi minuman keras. Sementara permintaan mereka ditolerir oleh Nabi untuk sementara waktu adalah: mereka tidak ingin meninggalkan tradisi sesembahan berhala Al-Lata selama three tahun; mereka ingin bebas dari pembayaran Zakat; dan mereka tidak ingin ikut berjihad.

Sikap toleransi nabi juga ditunjukkan dikala ia didatangi tamu yang beragama Nasrani dari najra, kemudian Nabi bersama sahabatnya menyambut mereka di Masjid Nabawi. Ketika ibadah ritualmereka tiba, nabi mengizinkan mereka melaksanakannya di Masjid. Beliau berkata kepda mereka: lakukanlah ritual kalian dalam masjid ini, kawasan ini ialah kawasan ibadah kepada Allah. Praktek toleransi yang dierlihatkan oleh Nabi dinyatakan dalam ungkapan: Aku diutus dengan sifat penyantun dan toleransi.

Pemaaf

Sejalan dengan sifat toleransi yang tinggi baik kepada kawan maupun kepada lawan, sifak yang menonjol dari pribadi Nabi SAW ialah sifat pemaaf. Dari ajaran-ajarannya, baik yang tercantum di dalam Quran maupun di Al Hadis, sejumlah anjuran bahkan perintah untuk memberi maaf, bukan minta maaf. Hal itu menunjukkan betapa mulia kedudukan orang pemaaf dalam islam. Salah satu faktor keberhasilan Nabi dalam menjalankan risalahnya ialah sifat pemaaf itu.

Pernah suatu ketika, dikala nabi sedang beristirahat di bawah sebatang pohon, tiba-tiba didatangi oleh Da’tsur dengan pedang terhunus dan akan membunuh beliau. Entah kenapa pedang itu jatuh dan diambil alih oleh Nabi. Seketika itu kesempatan bagi Nabi SAW untuk membunuh Da’Tsur, tetapi tidak dilakukannya dan bahkan dia memaafkannya. Da’tsur kemudian kembali ke sukunya dan mendakwahkan Islam.

Jiwa pemaaf yang paling tinggi diperlihatkan nabi Muhammad pada dikala Fath al-Makkah (penaklukan kota Mekah). Ketika itu dia tampil sebagai pemenang yang sanggup melakukan pembalasan terhadap penduduk mekah yang pernah mengusir Beliau dari kampung halamannya; menyakitinya dan merampas hak miliknya dahulu. Lalu hijrah ke Madinah bersama pengikut-pengikutnya. Namun, semuanya itu dilupakan Nabi dan tidak melakukan pembalasan. Tetapi dia menunjukkan amnesti (pengampunan) secara menyeluruh kepada orang-orang yang pernah berbuat salah kepadanya. Karena sifat pemaaf itu, maka mereka dengan kesadaran mengikuti kepemimpinannya dan menganut agama Allah yang didakwahkannya. Allah SWT berfirman dalam QS al Nashr 1-3:

Ų„ِŲ°َŲ§ Ų¬َŲ§Ų”َ Ł†َŲµْŲ±ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁˆَŲ§Ł„ْŁَŲŖْŲ­ُ

ŁˆَŲ±َŲ£َŁŠْŲŖَ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų³َ ŁŠَŲÆْŲ®ُŁ„ُŁˆŁ†َ ŁِŁŠ ŲÆِŁŠŁ†ِ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ Ų£َŁْŁˆَŲ§Ų¬ًŲ§

ŁَŲ³َŲØِّŲ­ْ ŲØِŲ­َŁ…ْŲÆِ Ų±َŲØِّŁƒَ ŁˆَŲ§Ų³ْŲŖَŲŗْŁِŲ±ْŁ‡ُ ۚ Ų„ِŁ†َّŁ‡ُ ŁƒَŲ§Ł†َ ŲŖَŁˆَّŲ§ŲØًŲ§

“Apabila telah tiba pinjaman Allah dan kemenangan. Dan kamu liat insan masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbilah dengan memuji Tuhanmu dan memohonlah ampun kepada-nya bahu-membahu ia ialah mahpenerima taubat.’’

Dengan demikian, jujur dan tolerans yang disertai dengan sifat pemaaf merupakan ciri pemimpin Nabi Muhammad saw. Yang patut dicontoh oleh umatnya terutama yang mendapatkan amanah menjadi pemimpin, baik formal maupun non formal. Wallah al-muwafiq ila aqwam al-thariq.


Demikian, biar bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Kultum Ramadhan Perihal Kepemimpinan Nabi Muhammad."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel