Kultum Ramadhan Perihal Puasa Ramadhan Sebagai Sarana Menuju Taqwa.

Selamat tiba di spider web log , pada kesempatan ini kami berbagi Kultum Ramadhan Tentang Cara Menumbuhkan Rasa Khusyu Dalam Shalat.

Kultum ini sangat cocok sekali Digunakan pada bulan suci Ramadhan sebagai kajian Islam sebelum atau sesudah melakukan sholat tarawih dan sesudah sholat shubuh. 

Tujuannya adalah sebagai refrensi kultum pada bulan suci Ramadhan yang sangat mudah dan uncomplicated bagi para santri dan santriwati.



Berikut pola kultum Ramadhan versi yang berjudul,
Puasa Ramadhan Sebagai Sarana Menuju Taqwa
Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia.

Sebuah nikmat yang sangat besar adalah kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bernafas di bulan Ramadhan ini. Sehingga kita dapat melakukan aktifitas-aktifitas yang bernilai ibadah, khususnya puasa. Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia.

Umat Islam di seluruh dunia kembali menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kalau kita perhatikan, di bulan ini ada tiga terminologi agama yang sering muncul dibicarakan baik oleh kalangan ulama, ustadz, kyai dalam pengajian-pengajian, ataupun masyarakat kebanyakan. Ketiga terminologi itu adalah Al Quran, puasa (shaum) dan taqwa.

Mengapa ketiga terminologi itu sering muncul dalam aneka macam kajian Ramadhan? Tidak dapat dipungkiri bahwa ketiga term ini memiliki hubungan yang saling mendukung satu sama lain. Bukankah Al Alquran sebagai firman Tuhan terperinci diturunkan pada bulan puasa? Sementara berpuasa diwajibkan karena ada firman Tuhan dalam Al Quran? Adapun terminologi ketiga “taqwa atau bertaqwa” adalah esensi dan tujuan utama diwajibkannya kaum beriman untuk berpuasa, yang oleh Allah disebut pada terminal ayat wacana perintah berpuasa: “agar kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa”.

Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia

Oleh karena itu, mampu kita ketahui bahwa salah satu pesan tersirat dari puasa Ramadhan adalah mampu mengantarkan umat menuju taqwa. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqoroh ayat 183:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu biar kamu bertaqwa,”

Kata taqwa ( التَقْوَى ) berasal dari Wiqoyah ( الوِقَايَة ) adalah kalimat yang menyampaikan penolakan terhadap sesuatu. Al-Wiqoyah berarti apa yang menghalangi sesuatu.

Maka, taqwa seorang hamba kepada Robbnya berarti menjadikan penghalang antara dia dengan apa yang ditakuti dari Robbnya berupa kemurkaan, kemarahan dan siksaanNya adalah dengan cara menta'atiNya dan menjauhi maksiat kepadaNya.

Secara bahasa arab, taqwa berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi, yang artinya berhati-hati, waspada, takut. Bertaqwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Secara istilah, definisi taqwa sebagaimana yang diungkapkan oleh Thalq Bin Habib Al’Anazi:

العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ “

Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah”

Demikianlah sifat orang yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa beribadah, bermuamalah, bergaul, mengerjakan kebaikan karena ia teringat dalil yang menjanjikan ganjaran dari Allah Ta’ala. Demikian juga orang bertaqwa senantiasa takut mengerjakan hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, karena ia teringat dalil yang mengancam dengan adzab yang mengerikan. Sehingga orang yang dapat melakukan hal tersebut akan dimuliakan di sisi Allah.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ “

Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian” (QS. Al Hujurat: 13)

Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia

Dalam ayat 2-4 Surat al-Baqoroh, Allah menyebutkan wacana cirri-ciri orang yang bertaqwa:

Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Kalau dikaitkan dengan pengertian taqwa dari ayat tersebut, maka ciri-ciri orang bertaqwa sebagai essensi berpuasa menurut al-Quran adalah sebagai berikut:

Pertama, ciri orang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada yang ghaib. Nampaknya Allah memang mendesain puasa sebagai sarana latihan biar orang-orang yang beriman bertambah kepercayaannya kepada yang ghaib. Dan pusat keghaiban adalah Allah itu sendiri. Dengan keimanan kepada adanya Dzat yang ghaib yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Memperhatikan segala gerak-gerik manusia, seseorang secara tidak pribadi dilatih untuk selalu berbuat baik. 

Ketika berpuasa, setiap orang beriman sedang di latih untuk menghadirkan yang ghaib “Tuhan” dalam segala ruang dan waktu. Bukankah seseorang yang sedang berpuasa tatkala menyendiri di ruangan kantor, kamar yang terkunci atau kawasan lain yang tidak dilihat orang dapat saja makan, minum dan berpura-pura bahwa dia sedang berpuasa saat dihadapan orang banyak. Dengan adanya kesadaran kehadiran yang ghaib atau Allah dalam diri orang yang berpuasa, kecenderungan untuk berbuat curang atau berbohong akan terhindarkan, dan semangat untuk selalu berbuat yang terbaik akan tumbuh karena ada kontrol sosial yang melekat dalam dirinya.

Kedua, orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu mendirikan shalat. Karakter taqwa ini pun dalam bulan puasa sedang digembleng oleh Allah. Di bulan puasa umat Islam bukan hanya dilatih untuk menjalankan shalat yang sipatnya wajib, bahkan shalat yang sunnah mirip shalat malam (tarawih) sangat dianjurkan di bulan ini. Harapannya, sesudah puasa, fungsi shalat sebagai pencegah dari perbuatan keji dan munkar dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari diluar ramadhan.

Karakteristik ketiga disebut orang bertaqwa adalah orang yang menafkahkan sebagian rizkinya. Di bulan ramadhan ini, anjuran untuk zakat, infaq dan shadaqah betul-betul ditekankah. Dengan menggandakan pahala yang berlipat-lipat, Allah sedang melatih keshalihan sosial seorang Muslim di bulan ramadhan. Dengan impian kesadaran sosial menafkahkan harta untuk membantu fakir miskin terus dijalankan oleh orang Islam diluar ramadhan.

Keempat, disebut orang bertaqwa kalau seseorang mempercayai bahwa Allah telah menurunkan kitab suci kepada Muhammad (Al-Quran) dan kitab-kitab yang turun sebelum Rasul terakhir itu. Nampaknya Allah ingin melatih orang Islam di bulan ramadhan biar sadar akan adanya tuntunan hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, adalah Al-Quran. Membaca dan mempelajari al Alquran sangat ditekankan di bulan ini. Kepercayaan akan adanya kitab sebelum rasul Muhammad, juga merupakan kepercayaan kepada yang ghaib.

Kelima, ciri orang bertaqwa yang disebut Al Alquran adalah orang-orang yang mempercayai akan adanya hari akhirat. Ini berarti semakin menegaskan abjad pertama orang disebut taqwa adalah percaya kepada yang ghaib. Bukankah kepercayaan adanya hari darul awet dan hari pembalasan juga termasuk kepercayaan kepada yang ghaib. Dengan keyakinan akan adanya hari akhirat, setiap Muslim diharapkan memiliki semangat hidup yang optimis untuk selalu berbuat baik, dengan impian memperoleh pula kebaikan saat hidup kembali sesudah kematian.

hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang dimulyakan oleh Allah

Lantas apakah hubungan antara puasa dengan ketaqwaan? Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, wacana keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan: “Puasa itu salah satu karena terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melakukan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:

1. Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa insan memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa’

2. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal bahwasanya ia dapat untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya

3. Puasa itu mempersempit gerak setan dalam ajaran darah manusia, sehingga dampak setan melemah. Akibatnya maksiat mampu dikurangi

4. Puasa itu secara umum mampu memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa

5. Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa.

Jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah

Oleh karena itu, marilah kita di bulan Ramadhan ini berusaha untuk menggapai ketaqwaan kepada Allah. Karena hanya dengan puasa saja tanpa ada usaha kita menuju ke ketaqwaan juga tidak akan bisa. contohnya kita hanya rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah keluar bulan Ramadhan ibadah kita kembali mirip semula atau bolong-bolong.

Semoga puasa kita mampu menjadi saksi dihadapan Allah wacana keimanan kita kepada-Nya. Dan semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang mulia di sisi Allah Ta’ala.

Demikian, wassalamu'alaikum. wr.wb.

Belum ada Komentar untuk "Kultum Ramadhan Perihal Puasa Ramadhan Sebagai Sarana Menuju Taqwa."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel