Kultum Ramadhan Wacana Puasa Dalam Perspektif Islam.

Selamat tiba di spider web log , pada kesempatan ini kami berbagi Kultum Ramadhan Tentang PUASA DALAM PERSPEKTIF ISLAM.


Kultum ini sangat cocok sekali Digunakan pada bulan suci Ramadhan sebagai kajian Islam sebelum atau sehabis melakukan sholat tarawih dan sehabis sholat shubuh. 

Tujuannya yaitu sebagai refrensi kultum pada bulan suci Ramadhan yang sangat mudah dan uncomplicated bagi para santri dan santriwati.

Berikut teladan kultum Ramadhan versi yang berjudul,
PUASA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 
Puji syukur kehadirat Allah SWT, alasannya ialah pada kesempatan yang kesekian kalinya kita dipertemukan lagi dengan bulan ramadhan , marilah kita sambut bulan suci ramadhan ini dengan ucapan “Marhaban ya Ramadhan ”. Sambutan ini menyampaikan bahwa bahwa tamu disambut dengan lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya; tidak menggerutu dan menganggap kehadiarannya “mengganggu ketenangan” atau suasana nyaman kita.

Jamaah Tarwih yang berbahagia …

Untuk itu kita perlu mempersiapkan bekal dan tekad yang membaja guna mennelusuri jalan, memerangi nafsu, biar kita dapat menghidupkan malam ramadhan dengan salat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah SWT.

Al-qur’an Menggunakan kata shiyam dalam arti puasa menurut hukum syariat. Secara bahasa, kata shiyam yang berakar dari huruf-huruf sha-wa-ma berarti “menahan” dan “berhenti” atau “tidak bergerak”. Manusia yang berupaya menahan diri dari suatu aktifitas – apapun aktifitas itu – dinamai shaim (berpuasa). pengertian kebahasaan ini dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga puasa (shiyam) hanya Digunakan untuk “menahan diri dari makan, minum dan upaya mengeluarkan sperma dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari”.

Jamaah Tarwih yang dirahmati Allah SWT…

Namun Al-Qur’an menginformasikan bahwa kata shiyam tidak hanya membatasi padamenahan makan, minum dan bekerjasama suami-istri, tetapi juga Digunakan dalam arti manahan bicara (Qs. Maryam 19:26). Bahkan, kaum sufi, merujuk kepada hakikat dan tujuan puasa, menambahkan bahwa plan yang harus dibatasi selama melakukan puasa mencakup pembatasan atas seluruh anggota tubuh, hati, dan pikiran dari melakukan segala macam dosa.

Hakikat shiyam atau shaum bagi insan ialah menahan atau mengendalikan diri, alasannya ialah itupula puasa disamakan dengan sikap sabar. Hadis Qudsi yang menyatakan antara lain bahwa: Al-Shaumu liy wa Ana Ajziy yang aritnya Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberi ganjaran (HR. al-bukhari) dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam QS. az-Zumar 39:10


قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Yang artinya:

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu ialah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Orang sabar yang dimaksud di sini ialah orang yang berpuasa. Ada beberapa macam puasa dalam pengertian syariat / hukum sebagaimana di singgung diatas, yakni:

  • Puasa wajib sebulan ramadhan.
  • Puasa kafarrat, concluding pelanggaran, atau semacamnya.
  • Puasa Sunnat.

Jamaah tarwih yang berbahagia …

Uraian Al-Qur’an wacana puasa ramadhan, ditentukan dalam Qs. al-baqarah 2:183-185 dan 187. Ini berarti bahwa puasa ramadhan baru diwajibkan sehabis Nabi SAW hijrah ke madinah, yakni pada 10 Syaban tahun ke-2 hijriah. Berikut ayat-ayatnya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Yang Artinya:

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kau berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kau biar kau bertakwa,

184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kau ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu bila kau mengetahui.

185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi insan dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). alasannya ialah itu, Barangsiapa di antara kau hadir (di negeritempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki akomodasi bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kau mencukupkan bilangannya dan hendaklah kau mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kau bersyukur.

187. Dihalalkan bagi kau pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka ialah Pakaian bagimu, dan kamupun ialah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahu-membahu kau tidak mampu menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kau dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah sampai terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kau campuri mereka itu, sedang kau beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kau mendekatinya. Demikianlah Allah membuktikan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Jamaah tarwih yang dirahmati Allah SWT…

Berdasarkan Ayat-ayat diatas mampu disimpulkan beberapa point, antara lain: kewajiban puasa di bulan Ramadhan yang diawali dengan panggilan mesra “wahai orang-orang yang beriman,….” dimaksudkan biar mampu mendorong umat Islam untuk melaksanakannya dengan baik, tanpa kesalahan. Bahkan, tujuan puasa tersebut ialah untuk kepentingan yang berpuasa sendiri, yakni “agar kau bertaqwa atau terhindar dari siksa api neraka”;

Kewajiban puasa tersebut hanya beberapa hari, itu pun hanya diwajibkan bagi yang berada dikampung halaman kawasan tinggalnya, dan dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga “barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan” maka ia boleh tidak berpuasa dan menggantinya pada hari yang lain. “sedang yang merasa sangat berat berpuasa, maka ia harus membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin”.

Sekalipun puasa ialah kewajiban bagi umat Islam, tetapi “Allah menghendaki akomodasi untuk kau bukan kesulitan”.

Pelaksanaan puasa dalam arti menahan makan, minum dan hubungan suami-istri dimulai sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. alasannya ialah itu, makan, minum dan bekerjasama suami-istri mampu dilakukan sejak terbenam matahari sampai terbit fajar. namun puasa harus disempurnakan dan jangan dinodai dengan perbuatan melanggar norma agama, “sempurnakanlah puasa itu sampai malam”.

Jamaah tarwih yang berbahagia …

Secara terperinci Al-qur’an menyatakan bahwa tujuan puasa ialah untuk mencapai ketaqwaan, la’allakum tattaqun. Menahan diri dari lapar bukanlah tujuan utama puasa. Hal ini disyaratkan di dalam hadis Nabi, yang artinya “Banyak diatara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga”.

Taqwa, secara bahasa berarti menghindar, mejauhi, menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah, secara harfiah berarti hindarilah, jauhilah atau jagalah dirimu dari Allah, makna ini mustahil mampu dilakukan oleh mahluk. Bagaimana mungkin menghindarkan diri dari Allah atau menjauhi-Nya, sedangkan Allah bersama kau dimanapun kau berada. Oleh alasannya ialah itu perlu disiapkan kata atau kalimat untuk meluruskan maknanya. Misalnya, kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertaqwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah.

Jamaah tarwih yang berbahagia …

Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya ataupun miskin, bakir ataupun bodoh, untuk kepentingan langsung atau masayarakat, yakni pengendalian diri. hal ini mengisyaratkan bahwa dengan berpuasa, insan berupaya dalam tahap awal dan minimal meneladani sifat-sifat Allah. nabi bersabda: “Takhallaqu bi akhlaq Allah” Teladanilah sifat-sifat Allah. Manusia memiliki kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting ialah kebutuhan fa’ali, yaiut makan, minum, dan hububgab suami-istri. ketiga kebutuhan itu tidak dibutuhkan oleh Allah SWT.

Disamping itu puasa bertujuan mempertinggi rasa persaudaraan dan kepedulian sosial, ibadah puasa mengasah dan mengasuh insan biar memiliki sifat sabar dan jujur.

Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini nantinya mampu melahirkan nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai persaudaraan, kebaran dan kejujuran.

Demikian, semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Kultum Ramadhan Wacana Puasa Dalam Perspektif Islam."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel