Kisah Inspiratif Sepucuk Surat Dari Ibu.
Selamat tiba di weblog , pada kesempatan ini, kami mengembangkan Cerita Inspiratif sebagai hiburan dan pelajaran disela-sela istirahat kita yaitu SEPUCUK SURAT DARI IBU.
SEPUCUK SURAT DARI IBU
Di sebuah desa terpencil, ada seorang ibu yang penuh kasih pergi ke kota besar, sehabis kembali ke rumah dirinya berubah full dari sebelumnya. Semula ibu ini sangat menyayangi puterinya, tak peduli seberapa larut pun anaknya pulang rumah, dia akan menunggu untuk mengembangkan masakan yummy dan diantarkan ke hadapan anaknya.
Akan tetapi sejak pulang dari kota besar, sang ibu berubah dan tidak mau lagi mengurus anaknya, semoga pun anaknya pulang sangat larut malam, sang ibu tidak pernah mengindahkannya, bahkan tidak memasak lagi di rumah. Ketika sang anak merasa lapar dan memberitahukan pada sang ibu, dia hanya menjawab dengan null dingin: “Kamu sudah besar, apakah masih belum mampu masak sendiri?”
Dari itu, sang anak berpikir bahwa sang ibu tidak sayang padanya lagi, kemudian timbul perasaan tidak senang dan benci pada sang ibu, dia mulai mencuci pakaian sendiri, menata kamar sendiri, dikala lapar memasak sendiri, semua urusan harus dikerjakan sendiri, alasannya adalah semoga pun dirinya merasa lelah, haus, lapar atau mengantuk, sang ibu tidak pernah memperdulikannya. Dalam hati dia beranggapan jika sang ibu sudah tiada.
Tak seberapa lama kemudian, sang ibu pun meninggal dunia, selama selang waktu ini, sang anak sudah jauh hubungannya dengan sang ibu, bahkan bersikap hambar dan seakan bermusuhan, sehingga simpulan hidup ibunya tidak membawa imbas kesedihan sama sekali pada dirinya.
Selanjutnya ayahnya kawin kembali, sehabis ibu tirinya tinggal di rumah mereka, dia merasa ibu tirinya sangat baik padanya, paling tidak masih menyisakan sedikit lauk dan nasi baginya, sehabis lelah seharian tidak perlu memasak sendiri, jadi kekerabatan dengan ibu tirinya masih terhitung cukup harmonis.
Sang anak belajar dengan keras dan karenanya berhasil dalam ujian masuk sekolah tinggi tinggi tinggi. Akan tetapi dikarenakan kondisi ekonomi keluarga tidak baik, maka dia tidak ada dana untuk membayar uang kuliah, dikala sedang diliputi kecemasan, ayahnya menyerahkan sebuah kotak kecil kepadanya dan memberitahukan jika sebelum ibunya meninggal dunia ada berpesan semoga pada dikala menemui kondisi paling sulit, gres boleh menyerahkan kotak ini kepadanya.
Sang anak mendapat kotak ini dari ayahnya, dikala dibuka ternyata di dalamnya ada setumpuk uang dengan selembar surat di sampingnya.
Dalam surat tersebut tertulis pesan ibunya:
Akan tetapi sejak pulang dari kota besar, sang ibu berubah dan tidak mau lagi mengurus anaknya, semoga pun anaknya pulang sangat larut malam, sang ibu tidak pernah mengindahkannya, bahkan tidak memasak lagi di rumah. Ketika sang anak merasa lapar dan memberitahukan pada sang ibu, dia hanya menjawab dengan null dingin: “Kamu sudah besar, apakah masih belum mampu masak sendiri?”
Dari itu, sang anak berpikir bahwa sang ibu tidak sayang padanya lagi, kemudian timbul perasaan tidak senang dan benci pada sang ibu, dia mulai mencuci pakaian sendiri, menata kamar sendiri, dikala lapar memasak sendiri, semua urusan harus dikerjakan sendiri, alasannya adalah semoga pun dirinya merasa lelah, haus, lapar atau mengantuk, sang ibu tidak pernah memperdulikannya. Dalam hati dia beranggapan jika sang ibu sudah tiada.
Tak seberapa lama kemudian, sang ibu pun meninggal dunia, selama selang waktu ini, sang anak sudah jauh hubungannya dengan sang ibu, bahkan bersikap hambar dan seakan bermusuhan, sehingga simpulan hidup ibunya tidak membawa imbas kesedihan sama sekali pada dirinya.
Selanjutnya ayahnya kawin kembali, sehabis ibu tirinya tinggal di rumah mereka, dia merasa ibu tirinya sangat baik padanya, paling tidak masih menyisakan sedikit lauk dan nasi baginya, sehabis lelah seharian tidak perlu memasak sendiri, jadi kekerabatan dengan ibu tirinya masih terhitung cukup harmonis.
Sang anak belajar dengan keras dan karenanya berhasil dalam ujian masuk sekolah tinggi tinggi tinggi. Akan tetapi dikarenakan kondisi ekonomi keluarga tidak baik, maka dia tidak ada dana untuk membayar uang kuliah, dikala sedang diliputi kecemasan, ayahnya menyerahkan sebuah kotak kecil kepadanya dan memberitahukan jika sebelum ibunya meninggal dunia ada berpesan semoga pada dikala menemui kondisi paling sulit, gres boleh menyerahkan kotak ini kepadanya.
Sang anak mendapat kotak ini dari ayahnya, dikala dibuka ternyata di dalamnya ada setumpuk uang dengan selembar surat di sampingnya.
Dalam surat tersebut tertulis pesan ibunya:
Anakku, kali itu dikala ibu pergi ke kota, sesungguhnya ibu pergi memeriksakan kesehatan tubuh, sehabis dilakukan pemeriksaan, barulah ibu tahu jika ibu terkena kanker dan sudah stadium akhir, dikala itu ibu hampir-hampir tidak mampu bangkit lagi. Ibu bukan khawatir akan diri ibu, akan tetapi ibu khawatir akan dirimu. Ibu berpikir jika ibu sudah tiada, bagaimana dengan dirimu nanti? Kamu masih kecil, bagaimana kamu mampu melanjutkan hidup? Bagaimana menghadapi masa depanmu?
Dari itu, sepulangnya ibu ke rumah, ibu bersikap hambar kepadamu dan ingin kamu mengerjakan sendiri semuanya, juga tidak peduli lagi padamu semoga kamu membenci ibu, dengan demikian sehabis ibu sudah tidak ada di dunia ini lagi nanti, kamu tidak akan diliputi dengan kesedihan.
Anakku, walau ibu tidak pernah bertanya padamu, namun di dalam hati ibu sesungguhnya tetap mengkhawatirkan dirimu, setiap kali kamu pulang larut malam, walau ibu tidak membuka pintu untuk melihat dirimu, namun ibu tetap menunggumu pulang. Ketika kamu pulang dengan tubuh lelah dan perut lapar, ibu membiarkanmu masak sendiri, alasannya adalah ibu berharap sehabis ibu tiada nanti, kamu mampu menjaga diri. Dulu ibu mengerjakan semuanya untukmu, namun sehabis ibu tiada nanti, siapa lagi yang akan menjagamu? Segala sesuatu di kemudian hari harus bergantung pada dirimu sendiri.
Ibu berlaku buruk padamu, bahkan tidak memasakkan nasi untukmu dan semua pekerjaan harus kamu lakukan sendiri, maka dengan demikian dikala nanti ayahmu kawin kembali, kamu akan berpikir bahwa ibu gres akan lebih baik dari ibu, sehingga kalian akan mampu berafiliasi dengan baik dan hari-harimu akan lebih simpel dilalui.
Dalam kotak ini ada uang 5000 dolar yang diberikan nenek kepada ibu, sesungguhnya ini adalah uang berobat ibu, namun ibu tidak rela menggunakannya, ibu tinggalkan untukmu dengan harapan dikala nanti kamu masuk sekolah tinggi tinggi tinggi dan membutuhkan uang, kamu mampu menggunakannya. Sekarang, ibu meminta pinjaman ayah untuk menyampaikannya kepadamu.
Air mata segera mengaburkan mata sang anak, juga mengaburkan sepasang mata kita yang membaca cerita ini, kasih ibu terhadap anak sungguh tanpa pamrih dan penuh logika budi, mana mungkin ada ibu yang tidak menyayangi anaknya? Ketika dia harus menahan perhatian dan kasih dalam hatinya kepada anak, harus berusaha keras untuk memberikan wajah hambar kepada anaknya, saya sungguh sulit membayangkan, betapa menderitanya perasaan ibu dikala itu, namun demi perkembangan anak yang lebih baik dan kehidupan anak yang lebih berbahagia di masa mendatang, ibu rela mendapat segala kesedihan, bahkan tidak menyesal untuk membiarkan sang anak salah paham terhadapnya.
Demikian, semoga menjadi pandangan gres bagi kita.
Demikian, semoga menjadi pandangan gres bagi kita.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Inspiratif Sepucuk Surat Dari Ibu."
Posting Komentar