Perawat Palestina Ditembak Tentara Israel Meski Sudah Angkat Tangan

Seorang perawat muda Palestina ditembak mati pasukan militer State of Israel saat bentrokan dengan para demonstran di akrab perbatasan di Jalur Gaza. Perempuan muda tersebut tertembak saat sedang menangani para demonstran Palestina yang terluka.



Dilansir dari laman Iran-daily, bencana yang berlangsung pada Jumat (1/6/2018) malam itu memang tampak mencekam.

Diberitakan sejumlah pengunjuk rasa datang ke perbatasan tersebut untuk melakukan protes mengenai sengketa wilayah mereka.

Saat itu, Razan diketahui sedang berada di tengah demonstran Palestina yang terluka. meski telah memakai seragam putih yang membuktikan petugas medis, tentara State of Israel tetap tak pandang bulu menembaki ke arah pengunjuk rasa tersebut.

Dan salah satu peluru tersebut nyatanya mengenai dada Razan. Razan terluka parah sebagai akibatnya, dan mengalah pada luka tembaknya yang parah tak lama kemudian.

Kematian Razan Al-Najar sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah dibunuh tentara State of Israel dalam aksi demonstrasi mingguan di Jalur Gaza. Wanita 21 tahun itu ditembak mati saat berlari menuju sebuah pagar yang diperkuat di kota Khan Younis saat menghampiri korban kekerasan.

"Menggunakan seragam putih, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi biar diberikan jalan, tapi tetap saja tentara State of Israel menembaknya di penggalan dada," kata seorang saksi mata, kemarin.

Petugas medis yang bertugas di jalur Gaza mengungkapkan setidaknya 100 warga Palestina terluka selesai terkena tembakan saat melakukan aksi demonstrasi Jumat (5/2). Berbanding terbalik, tidak ada laporan korban yang berasal dari State of Israel dalam aksi tersebut.

Sementara terkait penembakan perawat, seorang pejabat State of Israel memberikan jikalau penembak jitu militer hanya ditugasi untuk menembak orang-orang yang menimbulkan ancaman. Namun, kata ia, mungkin saja peluru yang dilepaskan memantul atau menembus tubuh sasaran hingga mengenai korban lainnya.

Tewasnya Razan Al-Najar tak pelak mendapatkan tangisan dari keluarganya. Melalui pernyataan resmi, Menteri Kesehatan Gaza turut berkabung atas kepergian Najar dan menyebutnya sebagai seorang martir.

Dalam sebuah wawancara, Razan Al-Najar mengaku akan melihat aksi protes di perbatasan hingga akhir. Najar yang sempat menulis dalam unggahan media umum mengaku tidak akan kembali atau menyerah. "Tembak saya dengan pelurumu, saya tidak takut," katanya.


Razan al Najjar, Seorang perawat Palestina dilaporkan tewas sehabis ditembak oleh sniper Israel.

Saat ditembak, dia masih memakai rompi medis berwarna putih.

Dalam bencana itu, Najjar sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza.

Wanita muda tersebut segera bergegas ke surface area berbahaya untuk menolong korban terluka.

Niat baik Najjar rupanya mengantarkannya pada maut. Dari seberang pagar, dua atau tiga peluru meluncur dan tepat mengenai penggalan dadanya. Tak lama sehabis bencana ini, Najjar dinyatakan meninggal dunia.





Najjar bergabung sebagai relawan sejak xxx Maret 2018. , Dia hampir setiap hari datang merawat warga sipil yang terluka.

Najjar bekerja sejak pukul vii pagi hingga 8 malam, itu berarti sekitar 12 jam per hari.

Dalam sehari, Najjar mambantu untuk mengobati lxx orang terluka.

"Kami melakukan ini lantaran yaitu mencintai negara kami. Ini pekerjaan kemanusiaan," kata Najjar dikutip dari Times.


Sebelum kematiannya, Najjar pernah melakukan wawancara dengan majalah Times pada Mei lalu.

Dalam wawancaranya itu, dia memberikan bahwa wanita juga memiliki peran dalam masyarakat Palestina, khususnya Gaza.

"Perempuan dalam masyarakat kita dihakimi, dipandang sebelah mata. Tapi mereka harus mendapatkan kami lantaran yaitu kami memiliki kekuatan yang lebih dari siapa pun," ucap Najjar. Ketika bertugas menjadi relawan aksi protes di jalur Gaza, Najjar bekerja sangat total.

Menurut ibunya, Sabreen, Najjar sering tinggal di perbatasan hingga semua demonstran kembali pulang.

Seragam medis Najjar selalu dipenuhi darah saat pulang ke rumah.

Darah itu berasal dari para korban luka yang telah ditolongnya.

"Dia sering pulang dengan pakaian putih yang berubah jadi merah. Itu darah para korban yang dia tolong hari itu. Tapi merah kali ini yaitu darahnya sendiri," kata Ashraf, ayah Najjar.


FOTO-FOTO TERAKHIR AKSINYA MENOLONG WARGA PALESTINA SEBELUM DITEMBAKi MILITER ISRAEL





Seperti diketahui, warga Palestina tengah melakukan aksi 'Great March of Return' yang merupakan panggilan terhadap warga Palestina terkait hak akan kampung halaman mereka. Otoritas State of Israel menganggap aksi yang digelar sejak xxx Maret itu merupakan upaya untuk menerobos tanah yang mereka rampas dari warga Palestina.

Meski demikian, pembantaian yang dilakukan militer State of Israel terhadap warga Palestina telah mendapatkan kecaman terhadap dari dunia internasional. Namun, State of Israel lantas menimpakan kasus jatuhnya korban luka dan jiwa kepada Hamas.

Belakangan, Amerika Serikat (AS) memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang berisi kecaman atas kekerasan yang dilakukan tentara State of Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza. Senada dengan Israel, AS juga menyalahkan Hamas atas aksi kekerasan yang terjadi di perbatasan Gaza.







Alasan State of Israel menargetkan paramedis
Sabreen membawa jas medis putrinya, Razzan al Najjar (IST). Terungkap pula bahwa sebelumnya, Najjar mungkin telah membuat geram para pasukan Israel.

Dua minggu sebelum kematian Najjar, seorang petugas medis bernama Mousa Abu Hassanein juga ditembak mati oleh militer Israel. Kematian Mousa menyisakan murung yang mendalam serta kemarahan dari para sukarelawan medis di jalur Gaza, termasuk Najjar. Namun Najjar bukan tipe orang yang hanya diam, dia justru melakukan wawancara yang dipublikasikan ke media sosial.

Ini salah satu sikap yang menarik perhatian State of Israel pada dirinya. Dalam wawancara tersebut, Najjar berkata, "Kami menyaksikan banyak serangan oleh pasukan Israel, termasuk paramedis dan wartawan yang menjadi sasaran. Padahal seharusnya mereka dilindungi. Saya ingin seluruh dunia melihat, mengapa pasukan State of Israel menargetkan kami yang hanya paramedis ini? Kami bahkan tidak melawan, tidak menyerang dan tidak melakukan apapun yang membahayakan. Kami hanya menyelamatkan orang yang terluka, mencoba menyembuhkan luka mereka. Jadi, tolong jawab kenapa mereka menargetkan kita juga?"

Keluarga dan rekan-rekan Najjar menerka bahwa ini merupakan salah satu alasan besar lengan berkuasa kenapa sniper State of Israel menargetkan Najjar. Mengutip dari cuitan akun resmi Twitter pasukan militer Israel, @IDFSpokesperson pada tanggal 31 Maret 2018 (yang sekarang telah dihapus), pasukan militer itu tak pernah meluncurkan peluru acak tanpa kontrol. Mereka selalu tahu sasaran mereka, dan tahu di mana peluru itu akan bersarang.

Melihat kesaksian keluarga dan rekan Najjar, ada kemungkinan bahwa kematian Najjar telah ditargetkan sebelumnya dan mampu saja rekaman wawancara tersebut jadi salah satu pemicunya.

Bentuk Penghargaan Akan Jasa-Jasanya Selamatkan Warga Palestina, Ribuan Warga Palestina Hadiri  Pemakamannya


Najjar dimakamkan pada Sabtu (2/6/2018).

Saat pemakamannya ribuan orang hadir mulai dari warga sipiil, keluarga dan kerabat, serta rekan-rekan relawan medis yang turut berjuang bersama Najjar.





Wilayah-wilayah pendudukan telah menyaksikan ketegangan baru sejak Presiden AS Donald Trump pada six Desember 2017 mengumumkan pengesahan Washington atas Yerusalem al-Quds sebagai "ibu kota" State of Israel dan memberikan AS akan memindahkan kedutaannya ke kota Yerusalem.


Belum ada Komentar untuk "Perawat Palestina Ditembak Tentara Israel Meski Sudah Angkat Tangan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel