Menanamkan Pendidikan Huruf Di Sd Negeri Pasucen 01

Pendidikan abjad merupakan campuran dari dua kata, ialah pendidikan dan karakter. Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa (1930) memberikan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Sedangkan pada Undang-undang nomor twenty tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan yakni usaha sadar dan bersiklus untuk mewujudkan suasana berguru dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, moral mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sedangkan istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa latin ialah “charakter”, yang berarti : watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai  cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter merupakan nilai-nilai sikap insan yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan menurut norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan moral istiadat.
Pendidikan abjad yakni usaha sadar dan bersiklus dalam menanamkan nilai-nilai sehingga terinternalisasi dalam diri peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam sikap dan sikap yang baik. Lickona T (2009) menyatakan bahwa pendidikan abjad yakni suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia sanggup memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Pendidikan abjad yakni suatu sistem penanaman nilai-nilai abjad kepada warga sekolah yang mencakup komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan abjad di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, ialah isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan abjad dimaknai sebagai suatu sikap warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Banyak hal yang sanggup dilakukan untuk merealisasikan pendidikan abjad di sekolah. Konsep abjad tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekkan. Mulailah dengan berguru taat dengan peraturan sekolah, dan tmenegakan kedisiplinan. Sekolah harus menjadikan pendidikan abjad sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam teladan dan permintaan faktual yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
Di sisi lain, pendidikan abjad merupakan upaya yang harus melibatkan semua kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah, lingkungan sekolah, dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan yakni membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus antara lingkungan sekolah ialah guru, keluarga, dan masyarakat. Pembentukan dan pendidikan abjad tidak akan berhasil selama antara lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan abjad pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat proses pembentukan tersebut.
1.        Prinsip Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Character Education Quality Standards merekomendaikan sebelas prinsip untuk mewujudkan pendidikan abjad yang efektif, sebagai berikut:
a.       Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai footing karakter.
b.      Mengidentifikasikan abjad secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
c.       Mengguanakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
d.      Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e.       Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan sikap yang baik.
f.       Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun abjad mereka dan membantu mereka untuk sukses.
g.      Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para siswa.
h.      Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang menyebarkan tanggung jawab untuk pendidikan abjad yang setia kepada nilai dasar yang sama.
i.        Adanya pembagian kepimpinan moral dan derma luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
j.        Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai kawan dalam usaha membangun karakter.
k.      Mengevaluasi abjad sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi abjad positif dalam kehidupan siswa.
2.      Tujuan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan abjad bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan abjad dan moral mulia peserta didik secara utuh, terpadu, seimbang, dan sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan abjad diperlukan peserta didik bisa secara berdikari meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya dalam mempersonalisasi nilai-nilai abjad dan moral mulia sehingga terwujud dalam sikap sehari-hari.
Tujuan pendidikan abjad menurut Puskur (2010) ialah sebagai berikut :
1.           Mengembangkan potensi kalbu/nurani/ afektif peserta didik sebagai insan dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan abjad bangsa.
2.           Mengembangkan kebiasaan dan sikap peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
3.           Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.
4.           Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi insan yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.
5.           Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan berguru yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Tujuan pendidikan abjad secara umum yakni untuk membangun dan mengembangkan abjad peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar sanggup menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur menurut pedoman agama dan nilai-nilai luhur dari setiap butir sila pancasila. Selain itu juga untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pendidikan abjad dan moral mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.
3.      Fungsi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan abjad yakni pendidikan budi pekerti plus, ialah yang melibatkan aspek pengetahuan (kognitif), sikap dan perasaan (afektif), dan tindakan (aksi). Tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan abjad tidak akan efektif. Dengan pendidikan abjad yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan maka seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini yakni bekal dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena seseorang akan lebih simpel dan berhasil menghadapi segala macam tantangan hidup termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Fungsi dari pendidikan abjad dan budaya bangsa menurut Puskur (2010) yakni sebagai berikut :
1.        Pengembangan yaitu pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi langsung yang berperilaku baik.
2.        Perbaikan ialah memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
3.        Penyaring yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai budaya dan abjad budaya yang bermartabat.
Fungsi pendidikan abjad ialah menumbuhkembangkan kemampuan dasar peserta didik agar berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik, yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
4.      Peran Guru dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Dalam pengembangan abjad peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa. Sehingga ucapan, abjad dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.
Ada beberapa taktik yang sanggup memperlihatkan peluang dan kesempatan bagi guru untuk memainkan peranannya secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan abjad peserta didik di sekolah, sebagai berikut :
a.         Optimalisasi kiprah guru dalam proses pembelajaran.
b.        Integrasi materi pendidikan abjad ke dalam mata pelajaran.
c.         Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan moral mulia.
d.        Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya abjad peserta didik.
e.         Menjalin kerjasama dengan orang renta peserta didik dan masyarakat dalam pengembangan pendidikan karakter.
f.         Menjadi figur teladan bagi peserta didik.
Dalam uraian di atas menggambarkan peranan guru dalam pengembangan pendidikan abjad di sekolah berkedudukan sebagai katalisator atau teladan, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator. Dalam berperan sebagai katalisator, maka keteladanan seorang guru merupakan faktor mutlak dalam pengembangan pendidikan abjad peserta didik yang efektif, karena kedudukannya sebagai figur atau idola yang ditiru oleh peserta didik. Peran sebagai inspirator berarti seorang guru harus bisa membangkitkan semangat peserta didik untuk maju mengembangkan potensinya. Peran sebagai motivator, mengandung makna bahwa setiap guru harus bisa membangkitkan semangat, etos kerja, dan potensi yang luar biasa pada diri peserta didik. Peran sebagai dinamisator, bermakna setiap guru memiliki kemampuan untuk mendorong peserta didik ke arah pencapaian tujuan dengan penuh kearifan, kesabaran, cekatan, cerdas dan menjunjung tinggi spiritualitas. Sedangkan kiprah guru sebagai evaluator, berarti setiap guru dituntut untuk bisa dan selalu mengevaluasi sikap atau prilaku diri, dan metode pembelajaran yang Digunakan dalam pengembangan pendidikan abjad peserta didik, sehingga sanggup diketahui tingkat efektivitas, efisiensi, dan produktivitas programnya.
Guru harus memperlihatkan rasa kondusif dan keselamatan kepada setiap peserta didik di dalam menjalani masa-masa belajarnya. Hal ini senada dengan pendapat Moh. Surya (1997) tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai :
a.         Pekerja sosial (social worker), ialah seorang yang harus memperlihatkan pelayanan kepada masyarakat.
b.        Pelajar dan ilmuwan, ialah seorang yang harus senantiasa berguru secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.
c.         Orang tua, artinya guru yakni wakil orang renta peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah.
d.        model keteladanan, artinya guru yakni model sikap yang harus dicontoh oleh para peserta didik.
e.         Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diperlukan akan merasa kondusif berada dalam didikan gurunya.
Dengan demikian menurut paparan di atas, sanggup disimpulkan bahwa dalam konteks sistem pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pendidikan abjad peserta didik, guru harus diposisikan atau memposisikan diri pada hakekat yang sebenarnya, yaitu  sebagai pengajar dan pendidik, yang berarti disamping mentransfer ilmu pengetahuan, juga mendidik dan mengembangkan kepribadian peserta didik melalui intraksi yang dilakukannya di kelas dan luar kelas.
5.      Dampak Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan abjad yakni pendidikan budi pekerti plus, ialah yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan abjad tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi yakni bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan sanggup berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Beberapa penelitian bermunculan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi physician Marvin Berkowitz dari University of Missouri-St. Louis, menandakan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan abjad memperlihatkan adanya penurunan drastis pada sikap negatif siswa yang sanggup menghambat keberhasilan akademik.
Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence too School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang dampak positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, ialah rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata lxxx persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya twenty persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang memiliki dilema dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak sanggup mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah sanggup dilihat sejak usia prasekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja mirip kenakalan, tawuran, narkoba, miras, sikap seks bebas, dan sebagainya.
Seiring sosialisasi tentang relevansi pendidikan abjad ini, semoga dalam waktu erat tiap sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa yang selain cerdas juga berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Karakter
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, serta implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan tolong-menolong sanggup dicapai dengan baik. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan abjad untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Pengembangan dan implementasi pendidikan abjad perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut. Konfigurasi abjad dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan menjadi :
1.      Olah hati (spiritual too emotional development)
2.      Olah pikir (intellectual development)
3.      Olah raga dan kinestetik  (physical too kinestetic development)
4.      Olah rasa dan karsa (affective too inventiveness development)
Menurut UU No twenty Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal thirteen Ayat 1 menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang sanggup saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal yakni jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memperlihatkan pinjaman berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan abjad peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang renta yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang renta dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, dampak pergaulan di lingkungan sekitar, dan dampak media elektronik ditengarai bisa kuat negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil berguru peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni melalui pendidikan abjad terpadu, ialah memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu berguru peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil berguru sanggup dicapai, terutama dalam pembentukan abjad peserta didik .
Pendidikan formal yakni jalur pendidikan melalui kursi sekolah. Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan abjad diantaranya : pendidikan abjad harus mengandung nilai-nilai moral, pendidikan abjad juga harus melibatkan aspek moral knowing, moral feeling, dan moral action, penerapan kurikulum pendidikan karakterpun harus terlaksana, menerapkan konsep DAP (Developmentally Appropriate Practices), menggunakan sistem pembelajaran terpadu yang berbasis karakter, pendidikan abjad harus sesuai dengan tahapan perkembangan moral anak, selain itu juga perlunya kerjasama dengan orang renta murid (co-parenting).
Pentingnya Pendidikan Karakter
Pendidikan abjad remaja ini sangat diperlukan dikarenakan ketika ini bangsa Republic of Indonesia sedang mengalami krisis abjad dalam diri anak bangsa. Karakter dalam hal ini yakni watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan Digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, bepikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa sejumlah nilai moral, dan norma, mirip jujur, berani bertindak, sanggup dipercaya, hormat pada orang lain, disiplin, mandiri, kerja keras, dan kreatif.
Pendidikan abjad di nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena pendidikan abjad yakni proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan sikap yang memancarkan moral mulia atau budi pekerti luhur. Sejatinya pendidikan abjad ini memang sangat penting dimulai sejak dini. Sebab falsafah menanam sekarang menuai hari esok yakni sebuah proses yang harus dilakukan dalam rangka membentuk abjad anak bangsa. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para jago psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan abjad dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertum¬buhan abjad anak. Setelah keluarga, di dunia pendidikan abjad ini sudah harus menjadi pedoman wajib sejak sekolah dasar.
Anak-anak yakni generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter belum dewasa yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan abjad bangsa di kemudian hari. Karakter belum dewasa akan terbentuk dengan baik, kalau dalam proses tumbuh kembang mereka menerima cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.
Pendidikan abjad bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan abjad dan moral mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan abjad diperlukan peserta didik bisa secara berdikari meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai abjad dan moral mulia sehingga terwujud dalam sikap sehari-hari. Selain itu pendidikan  abjad mengarah pada pembentukan budaya sekolah, ialah nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, abjad atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Pendidikan abjad berkewajiban mempersiapkan generasi penerus yang berkarakter, serta sanggup menghadapi tantangan zaman yang akan datang sesuai dengan moral dan norma yang berlaku. Melalui aktivitas ini diperlukan lulusannya memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan abjad nantinya diperlukan menjadi budaya sekolah.


Menanamkan Pendidikan Karakter di
Pada ketika ini, abjad merupakan salah satu hal yang sangat jarang ditemui di masyarakat. Karena bisa dilihat dari sering ditemuinya ketidakadilan serat kebohongan yang sering dilakukan di masyarakat. Baik dari tingkat bawah sampai tingkat yang tinggi. Karakter sendiri merupakan cara berpikir serta berperilaku menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup saling bekerja sama baik di tingkat keluarga sampai berbangsa dan bernegara. Sedangkan individu yang memiliki abjad baik ialah individu yang selalu bisa membuat keputusan serta mau mempertanggungjawabkan dari keputusan yang diambilnya tersebut. Sebenarnya memiliki abjad yang baik sudah ada di dalam diri tiap insan sejak lahir. Akan tetapi untuk tetap menjaga abjad tersebut tentunya harus terus menerus dibina sejak usia dini. Melalui pendidikanlah merupakan salah satu wadah yang bisa menunjang dalam pembentukan suatu karakter.


Pendidikan abjad di merupakan salah satu awal dari penanaman abjad karena masih di dalam tahap perkembangan di dalam dirinya. Karena tidak bisa pungkiri bahwa pada ketika ini para generasi simpel tidak mengenali dirinya sebagai bangsa yang majemuk suku, kultur sosial serta budaya yang berbeda – beda. Walaupun tolong-menolong semua elemen harus bertanggung jawab atas mendidik abjad para generasi penerus bangsa, keluarga tetaplah yang paling utama di dalam hal ini. Akan tetapi untuk ketika ini, mungkin dari pengawasan orang renta sendiri juga mengalami kesulitan, karena berbagai pada ketika ini para orang renta memiliki rutinitas yang padat. Maka dari itulah, pendidikan abjad juga sangat perlu diberikan di sekolah. Dimulai dari taman kanan – kanan ataupun play group.
Oleh karena itulah kiprah guru juga menjadi ujung tombak, karena mereka lah yang langsung berhadapan dengan siswa, dan harus memperlihatkan teladan yang baik dalam berperilaku. Apa lagi kalau sudah masuk dalam sekolah dasar, karena pendidikan abjad di sekolah dasar juga tidak kalah pentingnya. Jika seorang guru gagal menumbuhkan abjad kepada anak didiknya, yang dikarenakan seorang guru tidak bisa memperlihatkan abjad sebagai orang yang di anut. Karena menjadi seorang guru tidak selalu melulu hanya memperlihatkan meteri pelajaran saja, tetapi juga harus menjadi wangsit serta teladan bagi anak didiknya. Jika abjad seorang anak yang sudah terbentuk dari masa kecil sampai lingkungan sosial mirip teladan pada sekolah dasar, makan kelak generasi Republic of Indonesia akan menjadi generasi yang memiliki abjad sehingga menjadi penerus bangsa dengan masyarakat yang jujur, adil, dan bertanggung jawab. Seperti perkataan dari physician Martin Luther King yang memberikan kalau “Intelligence addition character, that is the gol of truthful education”, yang berarti kecerdasan yang berkarakter yakni tujuan selesai dari pendidikan yang sebenarnya.
Sedangkan pendidikan abjad sendiri ialah sebuah pendidikan mengenai budi pekerti plus, ialah juga terdapat beberapa aspek mirip perasaan ( feeling ), pengetahuan ( cognitive ), serta tindakan ( activeness ). Dan semoga tak lama lagi di setiap sekolah dasar khususnya bisa segera menerapkan pendidik abjad di masing-masing sekolah, agar ke depannya terdapat banyak generasi yang cerdas serta memiliki abjad yang sesuai dengan nilai – nilai luhur bangsa serta Negara.

Belum ada Komentar untuk "Menanamkan Pendidikan Huruf Di Sd Negeri Pasucen 01"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel