Pengertian, Faktor Penyebab, Bentuk,Dan Pengaruh Konflik Sosial
Sebagai tanggapan adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial dalam masyarakat, mengakibatkan terjadinya perubahan struktur sosial yang baru, yang mampu mengakibatkan timbulnya perbedaan nilai dan norma sosial. Untuk itu harus diupayakan penyesuaian dari semua pihak, supaya persatuan kesatuan tetap terwujud. supaya lebih terang coba simak pembahasan lengkapnya dibawah ini.

Pengertian Konflik Sosial
Kata konflik berasal dari bahasa Latin yaitu configere yang berarti saling memukul. Dilihat dari segi sosiologis, pengertian konflik sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Latar belakang konflik, sebagai proses sosial yaitu adanya perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu yang terlibat dalam suatu interaksi. Di antaranya adanya perbedaan ciri-ciri fisik, kepandaian pengetahuan, susila istiadat, keyakinan dan lain sebagainya.
Sebelum mengetahui lebih jauh wacana konflik sebaiknya sahabat harus mengetahui dulu arti konflik. Para jago telah menawarkan definisi mengenai konflik dari sudut pandang yang berbeda-beda. Berikut ini pendapat para jago mengenai pengertian konflik.
Menurut Soerjono Soekanto konflik yaitu pertentangan atau pertikaian yaitu suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan, disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Menurut Collin konflik yaitu proses sentral dalam kehidupan dalam kehidupan sosial karena setiap orang memiliki sifat sosial (sosiable) tetap dalam kekerabatan sosial tersebut terkadang menggunakan kekerasan karena setiap orang memiliki kepentingan sendiri. Konflik sangat mungkin terjadi karena adanya kepentingan saling bertentangan.
Menurut Dr. Robert M.Z. Lawang konflik yaitu perjuangan untuk memperoleh hal yang langka, mirip nilai, status, kekuasaan dan sebagainya, dimana tujuan mereka yang terlibat dalam konflik bukan hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya.
Menurut Bertesin (1965) konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak mampu dicegah. Konflik ini memiliki potensi yang menawarkan efek positif dan negatif dalam interaksi manusia.
Menurut Ariyono Suyono konflik yaitu proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
Dari beberapa pendapat mampu tersebut mampu disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan keberadaan orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.
Meskipun banyak mengakibatkan hal-hal yang bersifat negatif dalam interaksi sosial, akan tetapi konflik sekaligus memiliki fungsi yang positif bagi kehidupan bersama. Dengan demikian, konflik dalam masyarakat, setiap anggota masyarakat akan menilai dirinya sendiri, intropeksi diri, dan disusul dengan perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Di samping itu, terjadinya konflik dengan kelompok luar mengakibatkan solidaritas di dalam kelompok sosial akan semakin kuat.
Fakto-faktor Penyebab Konflik Sosial
Faktor yang mampu memicu terjadinya konflik sosial yaitu sebagai berikut.
1. Perbedaan Individu
Setiap individu memiliki pendirian, perasaan dan kepribadian yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut ternyata saling mengisi kekurangan masing-masing orang yang terdapat dalam suatu proses sosial. Yang terpenting kita jangan melakukan tindakan yang mampu mempertajam perbedaan tersebut.
2. Perbedaan Latar Belakang Budaya
Masing-masing kelompok kebudayaan memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbeda ukurannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Perbedaan inilah yang mampu mendatangkan konflik sosial karena kriteria wacana baik buruk, sopan tidak, pantas tidak pantas bahkan memiliki kegunaan tidak memiliki kegunaan sesuatu, baik itu benda fisik maupun nonfisik berbeda-beda menurut pola pemikiran masing-masing yang menurut pada latar belakang kebudayaan masing-masing.
3. Perbedaan kepentingan
Setiap orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda karena setiap orang orang memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Contoh perbedaan kepentingan dalam memanfaatkan hutan antara pencari kayu bakar, pengusaha kayu, pecinta lingkungan dan pelestarian budaya. Konflik mampu terjadi tanggapan perbedaan kepentingan tersebut.
4. Perubahan Nilai-nilai yang Cepat
Perubahan yaitu sesuatu yang lazim dan masuk logika terjadi. Namun jikalau perubahan tersebut berlangsung cepat bahkan mendadak akan mengakibatkan terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik karena nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat bermetamorfosis nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai kebersamaan bermetamorfosis individualis. Perbedaan tersebut jikalau terjadi secara cepat mampu dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.
Bentuk-bentuk Konflik Sosial
Konflik yaitu proses sosial yang didalamnya orang per orang atau kelompok insan berusaha mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan menggunakan ancaman atau kekerasan. Sebagai kepingan dari masyarakat negara dan masyarakat dunia, tidak ada seorang pun yang menginginkan timbulnya konflik. Walaupun demikian, konflik akan selalu ada di setiap pola kekerabatan dan juga budaya. Pada dasarnya konflik merupakan fenomena dan pengalaman alamiah.
Konflik sosial mampu dibedakan menjadi vii (tujuh) sebagai beriut.
1. Konflik Individu
Konflik ini terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Hal ini disebabkan oleh benturan kepentingan. Contohnya konflik antara orang renta dengan anak, konflik antara suami dan istri, konflik antara guru dengan siswa dan lain sebagainya.
2. Konflik Politik
Konflik ini terjadi apabila suatu kelompok dengan kelompok yang lain memiliki kepentingan yang sama dalam bidang politik. Di dalam masyarakat Republic of Indonesia terdapat perbedaan-perbedaan dalam pilihan politik yang berkaitan langsung dengan status, kekuasaan, dan penguasaan sumber-sumber ekonomi.
Fenomena ini mampu dilihat dan disaksikan bersama dari berita-berita di media masa baik cetak maupun elektronik. Misalnya, bentrok antara pendukung dua partai politik yang berbeda. Di pemerintahan yang merupakan lembaga yang menjalankan kekuasaan, para anggota parlemen atau pejabat pemerintahan terlibat baku hantam dan perseteruan karena kalah mempertahankan kekuasaannya.
3. Konflik Antarkelompok Sosial
Terjadinya mobilitas sosial disebabkan oleh salah satu kelompok yang berusaha untuk menguasai kelompok yang lain. Gejala ini antara lain tampak dari tuntutan perlakuan gres antara kelompok sosial akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian, terjadinya persaingan antarkelompok sosial untuk merebut dominasi dan menindas terhadap suatu kelompok sosial oleh kelompok sosial lainnya. Misalnya, konflik rasial di Afrika dengan berlakunya politik Aparthied, yang karenanya dimenangkan oleh kulit hitam yang mayoritas, dengan terpilihnya Nelson Mandela sebagai presiden.
4. Konflik Antarkelas Sosial
Adanya mobilitas sosial mengakibatkan individu-individu ke dalam kelas sosial. Hal ini berarti akan membawa perubahan dalam kelas sosial baik kelas atas, kelas menengah, maupun kelas bawah. Dengan adanya keadaan mirip ini keseimbangan dalam masyarakat menjadi terganggu. Gangguan keseimbangan itu berkaitan dengan kepentingan individu atau kelompok, sehubungan dengan adanya orang gres atau kelompok gres dalam suatu kelas sosial.
Kepentingan-kepentingan yang dimaksud mampu berupa kepentingan ekonomi, politik, maupun kepentingan sosial, sehingga terjadi benturan-benturan kepentingan yang mampu mengakibatkan konflik antarkelas sosial. Misalnya, konflik antarkaryawan dengan pimpinan dalam suatu perusahaan, karyawan menuntut peningkatan kesejahteraan dan kenaikan gaji, sementara pihak perusahaan seringkali mengabaikannya.
5. Konflik Antargenerasi
Setiap generasi memiliki nilai-nilai, norma-norma dan kebudayaan yang berbeda-beda konflik antargenerasi mampu terjadi jikalau muncul suatu permasalahan yang satu ingin mempertahankan nilai yang sama, sedangkan yang lain ingin mengubahnya. Contohnya, rencana dimasukkannya pendidikan dalam pengajaran sekolah, rencana itu mengakibatkan perbedaan pendapat antargenerasi. Pada umumnya generasi renta tidak sependapat karena ingin mempertahankan nilai-nilai lama atau tradisionalnya.
6. Konflik Internasional
Konflik ini terjadi apabila bangsa yang satu dengan bangsa yang lain terjadi benturan kepentingan, misalnya konflik antara State of Israel dengan Palestina.
7. Konflik Antarpenganut Agama
Dengan dijiwai toleransi dan saling menghormati, kehidupan beragama di Indonesia, mampu dikatakan rukun. Warga masyarakat antarumat beragama selalu menjalin kekerabatan kerja sama atau tolong-menolong. Meskipun demikian, dalam kekerabatan antarumat beragama mungkin saja timbul kesalahpahaman karena sikap prasangka negatif dari penganut agama yang satu terhadap yang lain.
Dampak Konflik Sosial
Konflik sosial dalam masyarakat mampu mendatangkan hal-hal yang bersifat negatif maupun positif.
Dampak positif konflik sosial:
- Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum terang atau masih belum tuntas ditelaah, misalnya perbedaan pendapat terhadap suatu work dalam suatu diskusi atau seminar.
- Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai serta kekerabatan sosial dalam kelompok yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu dalam kelompok.
- Merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antara individu dengan kelompok.
- Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma dan menciptakan norma-norma baru.
- Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.
Dampak negatif konflik sosial:
- Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in grouping solidarity) yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
- Keretakan kekerabatan antarindividu atau kelompok.
- Perubahan kepribadian dari individu.
- Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
- Akomodasi, dominasi dan bahkan penaklukkan salah satu pihak yang terlibat dalam pertikaian.
Suatu masyarakat mampu dikatakan telah mencapai kondisi tertib jikalau keselarasan antara tindakan anggota masyarakat dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Demikian artikel kali ini supaya artikel tentang Pengertian, Faktor Penyebab, Bentuk,dan Dampak Konflik Sosial ini mampu bermanfaat bagi semua orang dan mampu menambah wawasan bagi pembacanya.
Belum ada Komentar untuk "Pengertian, Faktor Penyebab, Bentuk,Dan Pengaruh Konflik Sosial"
Posting Komentar